Jumat, 08 Maret 2013

Perburuan Sumber Daya Alam Rusak Benua Arktika

Perburuan sumber daya alam memercepat pemanasan global dan mencairnya es di benua Arktika. Diperlukan tata kelola kebijakan yang baik guna mencegah kerusakan lingkungan agar tidak semakin parah. Hal ini terungkap dalam laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis Senin (18/2).
 

Laporan berjudul UNEP Year Book 2013 ini menggarisbawahi isu-isu lingkungan penting yang terjadi di dunia saat ini. Menurut UNEP, mencairnya es di benua Arktika terjadi semakin cepat. Hal ini ditandai dengan berkurangnya permukaan es pada musim panas dalam beberapa tahun terakhir.

Luas permukaan es di benua Arktika mencapai rekor terendah 3,4 juta km2 pada 2012, berkurang 18% dari data 2007 atau 50% di bawah luas permukaan rata-rata pada 1980-an dan 1990-an.

Dengan mencairnya lapisan es ini, eksploitasi sumber daya alam, seperti gas dan minyak bumi di Benua Arktika menjadi semakin mudah. Aktivitas manusia ini mengancam ekosistem dan alam yang sudah terlanjur rentan.

“Perubahan lingkungan di benua Arktika adalah lonceng peringatan bagi perubahan iklim dunia. Namun peringatan ini belum direspon dalam aksi yang lebih bermakna,” ujar Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP. “Yang terjadi malah sebaliknya. Mencairnya es di benua Arktika mendorong perburuan bahan bakar fosil yang – ironisnya – adalah penyebab utama mencairnya es di benua ini,” tambahnya lagi.

Lembaga US Geological Survey memerkirakan, 30% cadangan gas alam dunia ada di benua ini, terutama di bawah Samudra Arktika. Lebih dari 70% sumber daya alam yang belum ditemukan diperkirakan berada di Alaska utara, cekungan Amerasia, Greenland timur dan sejumlah wilayah lain.

Potensi sumber daya alam ini – terutama di sektor mineral – akan menarik investasi di benua Arktika yang diperkirakan melonjak $100 miliar dalam sepuluh tahun ke depan. Aktivitas eksplorasi dan penambangan akan terus meningkat, membuka jalan raya, pelabuhan dan pemukiman baru.

Mencairnya es juga membuka jalur transportasi laut. Rute Laut Utara (Northern Sea Route) dan Jalur Barat Laut (Northwest Passage) diperkirakan akan menjadi “jalan tol” bagi kapal-kapal barang. Frekuensi lalu lintas perdagangan ini diperkirakan naik 40 kali lipat pada 2020. Jumlah ikan yang ditangkap di Benua Arktika diperkirakan naik 30-70% pada 2055.

Kombinasi dari semua itu akan mengubah lingkungan, membahayakan ekosistem dan mengubah gaya hidup penduduk asli Arktika.

Masalah geopolitik juga akan mengemuka. Kanada, Denmark, Islandia, Finlandia, Norwegia, Rusia, Swedia dan Amerika Serikat masing-masing memiliki kepentingan atas wilayah ini. Semua negara ini berpotensi merusak dan menyelamatkan benua Arktika. Untuk itu UNEP menyeru kepada semua anggota Dewan Arktika ini agar memastikan eksploitasi sumber daya alam dilakukan secara hati-hati.

Upaya untuk melindungi wilayah Artika ini semakin penting terkait laporan International Panel on Climate Change (IPCC) terakhir yang menyatakan wilayah Arktika akan bebas es pada 2100. Bahkan, menurut prediksi terburuk, wilayah ini akan bebas es pada 2035.

Saat es di wilayah Arktika mencair, pemanasan global akan terjadi semakin cepat. Lapisan es mampu memantulkan 85% panas (radiasi) sinar matahari. Laut atau samudra yang tanpa es hanya bisa memantulkan 10% radiasi. Sementara tundra hanya bisa memantulkan 20% radiasi. Hasilnya, radiasi ini akan bersirkulasi di atmosfer bumi, meningkatkan efek pemanasan global dan perubahan iklim.

Polusi karbon hitam – yang merupakan polutan iklim jangka pendek – juga bisa memercepat pemanasan di wilayah Arktika. Polusi karbon hitam akan menutup wilayah es, mengurangi kemampuan dan luas wilayah refleksi.

Mencairnya tanah beku (permafrost) juga akan memercepat pemanasan global karena lebih dari 1.700 gigaton karbon yang tersimpan di belahan bumi bagian utara ini terancam terlepaskan dalam bentuk metana dan CO2. Lingkaran setan telah dimulai. (Hijauku.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar