Minggu, 31 Maret 2013

Waspadai Ancaman Asing di Perbatasan Indonesia!

Isyarat Karen Brooks, bahwa Arab Spring (Musim Semi Arab) yang melanda Tunisia, Mesir dan lain-lain sesungguhnya belajar dari aksi massa di Indonesia dekade Mei 1998-an (gerakan reformasi) yang mengakibatkan tumbang rezim Orde Baru dari tampuk kekuasaannya. Kajian Brooks di atas, selain sangat informatif juga mutlak dicermati terkait perkembangan situasi kini dan kedepan. Dengan kata lain, apakah “dalang” dan “pemilik hajatan” dari maraknya gerakan massa sekarang ini di beberapa negara juga ada link up dan satu komando? Inilah asumsi yang perlu bangunan.

 
Contoh lain, mengapa operasi Central Intellegence Agency (CIA), Amerika Serikat (AS) tatkala menggusur Salvador Allende di Chilie (1973) bersandi "Operasi Jakarta"? Apakah sekedar tiruan pola, atau modusnya identik ketika CIA menggusur Bung Karno dekade 1965-an tempo hari? Niscaya ada link up atas kedua peristiwa tersebut kendati secara fisik terpisahkan oleh ruang dan waktu. Buku “Tangan-Tangan Amerika, Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia” karya Hendrajit dkk sekurang-kurangnya mengurai teka-teki itu. Silahkan disimak sendiri. Retorika nakal pun timbul: jangan-jangan dinamika politik yang kian memanas di Bumi Pertiwi sekarang hendak disamakan pula dengan tata pola Arab Spring di Jalur Sutera?
 
Teringat statement  Alan Weinstein (1991), salah satu pendiri National Endowment for Democracy (NED): “banyak dari apa yang kita (NED) kerjakan, secara diam-diam dilakukan 25 tahun lalu oleh CIA” . Retorika lagi: bukankah Musim Semi Arab, yakni aksi-aksi massa non kekerasan di Jalur Sutera merupakan hasil kerja NED melalui salah satu anak organisasi yang bertitel Central Applied Non Violence Action and Stategic (CANVAS); apakah gerakan NED identik dengan operasi CIA?
 
Pertanyaan dan beberapa retorika di atas hanya prolog artikel sederhana ini, jadi tidak harus dijawab secara jelas namun sekedar menggiring kerangka asumsi bahwa tidak ada peristiwa (politik) apapun serta dimanapun, terjadi secara kebetulan. Semua pasti ada proses bahkan by design secara konseptual.
 
Menyikapi geliat politik glamour namun tak bermakna apa-apa bagi kepentingan nasional RI menjelang 2014, diyakini banyak kekuatan luar (asing) turut meremot baik secara langsung maupun tak langsung terhadap dinamika politik di negeri kaya sumberdaya alam (SDA) seperti Indonesia. Konflik lokal adalah bagian dari konflik global. Asumsi jitu, kiranya tak bisa dipungkiri. Politik praktis bukanlah yang tersurat melainkan apa yang tersirat. Ini juga sering terbukti, dan seterusnya.
 
Pendudukan tentara Kesultanan Sulu di Sabah sebagai misal, bukanlah faktor tunggal berbasis romantisme masa lalu sebagaimana rumor selama ini, bahwa Sultan Sulu ingin Sabah kembali menjadi bagian wilayahnya --- itu hanya dalih yang membonceng dalam isue sengketa perbatasan yang kini bersemi di sekeliling Laut Cina. Akan tetapi penyerbuan Sulu (diduga) atas “undangan” Anwar Ibrahim, sosok oposisi Malaysia yang melayani hegemoni Barat serta terkait Pemilu 2013 di Negeri Jiran. Kenapa demikian, selain Anwar diinstal (dirancang) Wall Street menjadi Head of Malaysia, juga diprakirakan ---merujuk pola dan model kolonialisasi--- bahwa muara atau ujung daripada serbuan pasukan Sulu ke Sabah diduga keras adalah kontrak ulang serta re-negoisasi atas konsesi minyak dan gas di Sabah yang dimonopoli oleh Petronas, “Pertamina”-nya Negeri Jiran. Ingat teori Deep Stoat: “If you would understand world geopolitic today, follow the oil”. Ya, jika ingin memahami geopolitik dunia hari ini, ikuti aliran minyak.  
 
Geopolitik Sabah memang menggiurkan. Free Malaysia Today memberitakan, tahun 2011 ia memiliki cadangan minyak 1,5 miliar barrel, sedangkan cadangan gas alam tercatat 11 triliun kubik. Telah diketemukan beberapa sumber minyak dan gas (migas) baru di Sabah diramalkan kian menambah tinggi cadangan migas Malaysia. Kekayaan SDA-nya dikelola Petronas, perusahaan minyak yang berdiri tahun 1974 dan dimiliki oleh pemerintah federal. Dalam sebuah perjanjian yang ditanda tangani tahun 1975, ia menerima royalti sebesar 5% dari nilai kotor produksi minyak. Di tahun 2011 saja, Petronas meraup keuntungan atas penjualan minyak Sabah senilai RM 15 miliar atau sekitar Rp 47 triliun. Luar biasa!
 
Lain Deep Stoat, beda pula Global Future Institute (GFI), lembaga kajian masalah-masalah internasional, Jakarta pimpinan Hendrajit awal 2013 membangun asumsi (teori yang dianggap benar) setelah menyimak, mencermati, mengkaji dan menimbang berbagai konflik di banyak belahan dunia, yakni:
“bahwa mapping konflik dari kolonialisasi yang dikembangkan Barat, hampir dipastikan segaris/satu route bahkan pararel dengan jalur-jalur SDA terutama bagi wilayah (negara) yang memiliki potensi besar atas minyak, emas dan gas alam”.
 
Asumsi GFI jelas tersirat makna, apakah konflik-konflik yang terjadi di “jalur basah” sengaja dibuat oleh para adidaya terkait kepentingan geopolitik selaras kajian Deep Stoat, memang tergantung seberapa tajam pisau dan sejauhmana analisa insight (menyelam) dalam rangka mencermati konflik di permukaan. Lihatlah ethnic cleansing di Rohingya, atau konflik antar suku di Lampung Selatan, cermati konflik aliran dalam agama di Sampang, Madura, dll kenapa dipicu oleh modus-modus sama yaitu pelecehan seksual serta berujung relokasi penduduk (‘terusir’) yang hidup di atasnya. Sejauh ini, adakah kajian menyelam hingga bawah permukaan? Lagi - lagi pertanyaan ini harus dikubur dalam-dalam.
 
Dalam diskusi terbatas (22/3/2013) di Forum KENARI (Kepentingan Nasional RI) yang dimentori Dirgo D Purbo, pakar geopolitik dan dosen di berbagai perguruan tinggi Indonesia, terkuak pointers bahwa Sabah – Philipina -- Kalimantan Utara (Kaltara) disebut Hot Triangel dan diplot sebagai daerah yang memiliki potensi minyak dan gas alam 'seabrek-abrek' (banyak sekali). Dan tampaknya Ambalat masuk pada plot tersebut. Layak diwaspadai dikemudian hari adalah, selain ancaman Malaysia terhadap Ambalat semata-mata karena what lies beneath the surface (apa yang terkandung di bawah permukaan) pulau dimaksud, juga adanya hipotesa bahwa pemekaran Kaltara ialah langkah permulaan dari modus kolonialisasi memindah konflik Moro, atau konflik Sabah ke Kaltara. Siapa dulu mengawali konflik di Moro? Malaysia pun mengakhiri.
 
Ingat pola kolonialisme baik asimetris (non militer) maupun simetris (militer) yang sering dimainkan oleh Barat. Urut-urutannya, pasca ditebar isue aktual bakal timbul tema, baru setelah itu skema kolonial muncul belakangan. Dan lazimnya skema kolonialisasi dimanapun ujungnya adalah: "penguasaan pilar ekonomi dan pencaplokan SDA". Perang Irak (2003) misalnya, setelah ditebar isue senjata pemusnah massal, dilanjut dengan tema “invasi militer” oleh Paman Sam dan sekutu, sedang skema yang terlihat adalah kapling-kapling SDA oleh negara yang terlibat invasi militer ke Negeri 1001 Malam. Ini pola simetris. Sedangkan model asimetris biasanya lebih soft lagi halus. Misal disebar dahulu isue flu burung di sebuah wilayah (negara), maka tema yang akan dimunculkan daging mahal atau daging langka, kemudian skema yang ditancapkan ialah jerat impor bagi negara target.
 
Contoh paling populer barangkali Arab Spring di Jalur Sutera. Tatkala Wikileaks dulu sukses menyebar isue terkait kemiskinan, korupsi, pemimpin tirani, dan lainnya maka tema yang diangkat adalah gerakan massa non kekerasan menentang rezim berkuasa, sedang skemanya adalah tata ulang elit dimana aksi massa mampu membuat lengser Ben Ali di Tunisia, Abdullah di Yaman dan Mobarak di Mesir. Pola inilah yang menurut Brooks, meniru gerakan reformasi di Indonesia dekade Mei 1998.   
 
Konteks dinaikkan sebentar untuk mengantar topik. Ya, bahwa adanya “arus kecil” atau semacam isue bertitel sengketa perbatasan yang kini berserak di Laut Cina Selatan, bukanlah faktor tunggal yang tiba-tiba, namun semata-mata karena dorongan “arus besar” yang berupa geopolitical shift atau pergeseran geopolitik global dari Jalur Sutera (Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika Utara) berpindah ke Laut Cina Selatan pada umumnya dan Asia Tenggara khususnya. GFI mengendus bahwa “arus besar” itu berupa:
 
1. Selain AS tengah berproses membangun sistem pertahanan rudal di Asia guna melawan manuver Korea Utara dan Cina tentunya, ia juga menyatakan memperluas militernya di Asia Tenggara dan Samudera Hindia, termasuk peningkatan kerja sama dengan Australia dan penempatan kapal-kapal perang di Singapura, Philipina dll. Dan sungguh mengejutkan ialah pergeseran 60% armada tempurnya ke Asia Pasifik;
 
2. Paman Sam mendukung pembentukan ASEAN Security Community pada 2015, dan terkait dengan isue Laut China Selatan, dan melalui Menhan Leon Panetta, menganjurkan agar ASEAN melakukan “tindakan seragam” sekaligus menyusun kerangka aksi yang memiliki kekuatan hukum;
 
3. Kompleksitas pertikaian wilayah di Laut China Selatan, disinyalir bukan sebatas klaim kepemilikan pulau-pulau, melainkan ada “persoalan lain”, artinya selain diantaranya hak berdaulat atas Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), penggunaan teknologi baru terkait exploitasi dan explorasi minyak dan gas bumi oleh negara tertentu, yang utama sejatinya faktor geostrategy possition dan potensi SDA pulau-pulau yang disengketakan;
 
4. Ketegangan antara negara-negara di kawasan tersebut secara politis cenderung meningkat karena miskinnya win-win solution. Urgensi geografis Laut China Selatan yang cukup vital dalam pergeseran geopolitik global, memungkinkan terus terkendalanya upaya penyelesaian sengketa, bahkan diduga keras bahwa isu konflik teritorial itu akan menjadi trigger dalam benturan militer secara terbuka, dan lain-lain.
 
Sekilas telah diulas di atas, bahwa pola kolonialisme dimanapun, senantiasa menempatkan isue-isue sebagai langkah awal memasuki daerah sasaran, baru kemudian disusul tema gerakan dan skema sebagai tujuan pokok. Ketika isue yang ditebar ialah sengketa perbatasan, maka boleh ditebak bahwa tema-tema yang bakal diangkat niscaya KONFLIK PERBATASAN, baik intrastate (konflik internal negeri) maupun bersifat interstate (antar negara) dan lainnya. Dalam konteks ini, penyerbuan Sulu ke Sabah merupakan pagelaran perdana di tahun 2013 dalam kerangka “tema” kolonialisme. Artinya silahkan tunggu kelanjutan SKEMA yang hendak dimainkan di Sabah: “Kontrak ulang konsesi minyak di Sabah, atau konflik interstate antara Malaysia versus Philipina?”.
 
Melihat perkembangan konstalasi politik baik tingkat nasional, regional dan global yang semakin memanas, maka terkait isue yang berkembang di kawasan hendaknya para elit politik, pengambil kebijakan dan segenap tumpah darah Indonesia mewaspadai isue-isue di perbatasan terutama wilayah “konflik” dan/atau “rawan konflik”, atau daerah-daerah yang belum selesai proses kebangsaannya pasca gejolak politik di masa lalu.
 
Skenario Papua pun sebenarnya bisa ditebak, artinya ketika isue yang ditebar ialah kemiskinan, atau pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh aparat, dll maka menjadi keniscayaan bahwa tema yang diangkat ialah: "Hadirnya pasukan asing ke Papua, atau referendum?". Tinggal pilih. Demikian pula Aceh pasca perjanjian Helsinki, kini mulai ditabur “isue bendera” yang tidak sesuai nafas kebangsaan. Tengok nanti temanya apa. Demikian juga Kaltara, Ambalat, dll yang masuk lingkup Hot Triangel karena potensi minyak yang luar biasa, mutlak harus diwaspadai.
 
Pada akhirnya, bangsa ini membutuhkan bukan sekedar political will tetapi political action dalam rangka melakukan kontra isue maupun kontra tema secara konseptual baik simetris maupun asimetris sejak kolonialisasi muncul di tataran hilir. Para elit dan pengambil kebijakan jangan malah larut dalam lingkaran isue dan tema yang dimainkan oleh pihak luar, sementara SKEMA kolonialisme yang berupa penguasaan ekonomi dan pencaplokan berbagai SDA oleh asing justru kian mengakar namun tidak ada gugatan sama sekali oleh anak segenap bangsa, karena elitnya sibuk di koridor (hilir) isue-isue dan tema.
 
Bangkitlah bangsaku!
Penulis : M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)
 
Link dan Bacaan:
 
1. Karen Brooks, Indonesia's Lessons for Egypt, 17 Februsari 2011, http://www.cfr.org/indonesia/indonesias-lessons-egypt/p24156,
 
2. Hendrajit dkk, Tangan-Tangan Amerika di Pelbagai Belahan Dunia, Operasi Siluman AS, 2010, Global Future Institute, Jakarta
 
3. Nuning Soedibjo, Resensi Buku, Tangan-Tangan Amerika: Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=3129&type=9#.UVPePa7Ku1g
 
4. M Arief Pranoto, Bedah Buku: Tangan-Tangan Amerika, Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=6528&type=9#.UVPrL67Ku1g
 
5. Tony Cartalucci, “Dirty Tricks” Covert Op? Armed Phillippines Based Islamists Land on Beaches of North Borneo Ahead of Malaysian Elections, http://www.globalresearch.ca/dirty-tricks-covert-op-armed-phillippine-based-islamists-land-on-beaches-of-north-borneo-ahead-of-malaysian-elections/5325114
 
6. Pola Kolonialisasi yang Layak Dicermati, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=11524&type=1#.UVZQTa7Ku1g
 
7. Kemana Konflik Sabah Berujung? Waspada Kaltara!, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=11499&type=4#.UVY1RK7Ku1g
 
8. National Endowment for Democracy, http://www.sourcewatch.org/index.php?title=National_Endowment for_Democracy
 
9. Pointer dalam Diskusi Terbatas di Forum KENARI (Kepentingan Nasional RI) pimpinan Dirgo D Purbo, 22/3/2013.
 
10. Mencermati Kesamaan Karakter Kolonialisme antara Pola Simetris dan Asimetris, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=10880&type=4#.UVd-ja7Ku1g
 
11. Pergeseran Sentral Geopolitik Internasional, http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=11522&type=4#.UVd_-67Ku1g
 
12. The Global Review, The Journal of International Studies Quarterly, 2 Januari 2013, Merobek Jalur Sutera Menerkam Asia Tenggara, Global Future Institute, 2013.
 
13. Bila Sebatas Identitas Bendera, Lambang GAM di Aceh Sah Saja,  http://news.detik.com/read/2013/03/30/232831/2207435/10/bila-sebatas-identitas-bendera-lambang-gam-di-aceh-sah-saja
 
 

Sabtu, 16 Maret 2013

"Kapitalisasi Teknologi"

 

Salam perjuangan kawan-kawan sebangsa dan setanah air Indonesia. Kali ini saya akan menampilkan ilustrasi bagaimana kemajuan teknologi dunia di masa depan. sekedar tau aja kalo Teknologi itu keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Kusarankan kalian nonton video diatas, lalu apa pendapatmu ? hehe

Inilah modernisasi. ada sebuah pesan terslubung dari video diatas, gak percaya ? ini pendapatku..
  1. Kita sebagai manusia mau tidak mau akan semakin jauh ketinggalan dengan yang nama nya teknologi. baik secara kuantitas maupun kualitas.
  2. Teknologi mencoba merubah paradigma setiap manusia dari sosial menjadi asosial. (ini menurut saya)
  3. Kemajuan teknologi akan berdampak pada kesenjangan antara "pekerja" dengan "majikan" nya.
  4. Tinggal kita yang memilih, menguasai teknologi tersebut untuk dijadikan budak kita atau kita sebagai manusia akan diperbudak oleh teknologi. (ciloko-ciloko)
  5. Ternyata kapitalisasi teknologi ini membawa dampak yang luar biasa bagi kemajuan teknologi di dunia. lalu apakah kita siap ?
itu aja deh pendapatku, sebenarnya aku ingin menyampaikan kalo saja semua yang kita punya bisa kita "kapitalisasi" dengan baik dan indah, tidak menutup kemungkinan apa yang disebut dengan cita-cita itu bakal terwujud dan terlaksana.

Judulnya adalah teknik melakukan "kapitalisasi" untuk mewujudkan cita-cita. jadikan sesuatu yang gak ada menjadi ada dan sesuatu yang ada itu menjadi lebih besar nilai nya dan lebih baik. salam ku. @erik_cupliss

Gempa Aceh 11 April 2012 Adalah Gempa Buatan

Pada pukul 15:15 WIB 11 April lokasi pantai barat daya aceh terlihat gambar bentuk aneh di awan , gambar hampir mirip seperti ini (disamping). At 15:25 pm on 11 April the location of the southwest coast of Aceh looks strange shapes in the clouds the picture, the picture almost like this :
   
Di waktu bersamaan   seluruh aliran listrik mati padahal generator turbin pln hidup , barang elektronik lain nya pun mati seperti handphone ,radio dan  jam digital. 

At the same time the power supply off when the turbine generator pln (power plants) life, other electronic goods such as mobile phone was also dead, radio and digital clock. pukul 16.00 wib gempa mulai terasa dengan kekuatan 8,9 skala rester. semua itu adalah ciri-ciri penggunaan senjata baru yang berteknologi tinggi milik Amerika serikat yang bernama "HAARP". Hal yang paling menguatkan adalah adanya efek gelombang elektromagnetik yang terjadi di daerah kawasan sebelum gempa. itusemua disinyalir karena efek energi "HAARP" yang mampu membuat cuaca buatan itu termasuk membuat bencana alam buatan.

All of that is a characteristic of the use of the latest high-tech weapons owned by the United States called "HAARP". the most bracing is the existence of electromagnetic waves efeck them occurred in the region before the earthquake. It all allegedly because efeck harrp energy that can create artificial weather disasters that include creating artificial
 
Karena Haarp adalah senjata yang masih masah uji coba maka merekaa sering mencoba nya seperti gempa di chile dan tornado. Info lebih terperinci tentang teknologi haarp bisa diliat dibawah ini Menurut wikipedia, High Frequency Active Auroral Program atau yang lebih dikenal sebagai HAARP adalah sebuah program penelitian ionosfer yang didanai oleh Angkatan Udara Amerika (USAF), Angkatan Laut Amerika Serikat, Universitas Alaska (University of Alaska) dan Defense Advanced Research Project Agency (DARPA), dan dikelola bersama-sama oleh Office of Naval Research (ONR) dan Air Force Research Laboratory. Tidak hanya itu, beberapa Universitas-universitas ternama lain juga turut dalam pengembangan proyek ini, diantaranya adalah Stanford University, University of Massachussets. Program HAARP dimulai pada tahun 1990. Tujuan utamanya ialah meneliti ionosfer dan menyelidiki potensi pengembangan teknologi untuk perangkat tambahan ionosfer yang berguna untuk komunikasi radio dan keperluan pendataan. 
Penciptaan senjata mengerikan ini telah diprediksi oleh banyak orang sebelumnya. Seorang ilmuwan kelas dunia bernama Dr. Rosalie Bartell telah mengkonfirmasi bahwa militer Amerika sedang mengerjakan sebuah sistem pengatur cuaca sebagai senjata potensial. 

Metodenya termasuk mengendalikan badai dan mengatur arah penguapan air di atmosfer bumi untuk menghasilkan banjir di tempat tertentu. Bukan hanya Dr Bartell yang mengatakan hal ini, mantan penasehat keamanan gedung putih bernamaZbigniew Brzezinski juga meramalkan hal ini dalam bukunya yang berjudul “Between Two Ages”. Di dalam bukunya, Ia menulis : 

“Tekonologi akan menyediakan teknik untuk melakukan peperangan rahasia yang hanya membutuhkan sedikit pasukan, seperti teknik memodifikasi cuaca yang dapat menimbulkan badai yang berkepanjangan.”

Marc Filterman, seorang mantan pejabat militer Perancis pernah mengatakan bahwa Amerika telah memiliki teknologi untuk memanipulasi frekuensi radio untuk melepaskan kondisi cuaca tertentu seperti badai dan Topan.
 
Konon pada tahun 2002, Rusia pernah mengkonfrontir Amerika Serikat di hadapan PBB dengan menuduhnya telah menciptakan beberapa bencana di Rusia dengan eksperimen-eksperimennya. Nah, mari kita lihat dua perangkat instrument-instrument dari HAARP

Fluxgate Magnometer. 
Alat ini dibuat pada era Perang Dunia II. Ditemukan oleh Victor Vacquier. Biasanya, alat tersebut digunakan pada pesawat terbang-tipe terbang rendah-untuk mendeteksi kapal selam.
Digisonde
Adalah perangkat digital modern digunakan untuk menentukan karakteristik ionosfer di sekitar alat. Terdiri dari sebuah pemancar radio, penerima dan asosiasi pengirim dan penerima.

Pertanyaannya adalah, apakah ada yang telah menemukan teknologinya ?
Di kalangan penganut teori konspirasi, beredar sebuah rumor bahwa Amerika telah berhasil menciptakan senjata mengerikan tersebut dan mereka merahasiakannya dengan kedok ilmiah. Senjata tersebut bernama HAARP. Satu fasilitas super rahasia yang dianggap sebagai perwujudan senjata pamungkas itu.



HAARP sendiri terletak di Alaska, Amerika Serikat. Lebih tepatnya lagi HAARP berada di Gakona, Alaska (latitude:62.39, longitude:145,15) yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias.
Dampak lingkungan yang disebabkan HAARP memicu pernyataan izin untuk array hingga 180 antena yang akan didirikan. HAARP telah dibangun sebelumnya di situs instalasi radar yang bernama over-the-horizon.

Cara Kerja Dan Dampak HAARP ??
Cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain.

Caranya dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfer juga akan naik. Maka tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream (arus jet).


Namun menurut sebagian orang, ada sesuatu yang lebih besar sedang dilakukan di tempat ini. Yaitu pengembangan senjata pemusnah massal. HAARP disebut mampu menciptakan banjir dengan memanipulasi penguapan air, mampu menciptakan badai dan bahkan gempa bumi. Dengan kemampuan ini, tentu saja itu berarti Amerika akan mampu menciptakan bencana kelaparan di wilayah yang diinginkannya.

Pihak-pihak yang menuntut jawaban mengenai HAARP tersebar di seluruh penjuru dunia. Mulai dari penduduk Alaska sendiri hingga para ilmuwan di Amerika dan Eropa. Mereka kuatir bahwa HAARP akan menciptakan kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.

Salah satu eksperimen HAARP adalah menembakkan sinar elektromagnetik terkendali ke ionosfer bumi. Metode ini disebut dengan “pemanas ionosfer”. Ionosfer adalah lapisan yang mengelilingi atmosfer bumi bagian atas dan jaraknya sekitar 40-60 mil diatas permukaan bumi.

David Yarrow, seorang peneliti dengan latar belakang bidang elektronik mengatakan bahwa interaksi ini akan menyebabkan ionosfer menjadi robek. Padahal ionosfer-lah yang melindungi kita dari radiasi matahari yang ganas.Charles Yost peneliti lain dari North Carolina berkata,”Jika ionosfer terganggu, maka atmosfer dibawahnya pasti akan terganggu.”

Walaupun militer telah menyangkal, namun dokumen yang dirilis oleh militer jelas mengatakan bahwa HAARP didirikan memang untuk kepentingan departemen pertahanan. Entahkah benar atau tidak, namun HAARP telah mencapai status yang mensejajarkannya dengan Area 51.

Baru-baru ini, ketika telegraph.co.uk mendaftar 30 teori konspirasi terbesar sepanjang masa, HAARP menduduki peringkat ke 27. Lumayanlah ! Walaupun hanya di urutan ke-27, tapi kelihatannya akhir-akhir ini HAARP menjadi lebih sering dibahas di dunia maya menyusul beberapa bencana yang terjadi seperti gempa dahsyat di Cina pada Mei 2008 yang dicurigai diakibatkan oleh HAARP.

HAARP diduga belum sempurna dan masih dalam tahap pengetesan (di seluruh dunia, terfokus pada negeri lugu). Dicurigakan HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh alam. Jika satu tahun batas maksimal badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali.

Bukti lain adalah ketidakstabilan cuaca ekstrim, yang telah rusak di setiap wilayah utama di Dunia selama beberapa tahun terakhir.


  • Badai dan badai tropis telah melanda Karibia.
  • Asia Tengah dan Timur Tengah dilanda kekeringan.
  • Afrika Barat menghadapi kawanan belalang terbesar di lebih dari satu dekade.
  • Empat badai merusak dan hujan badai tropis Alex, Ivan, Frances, Charley dan Jeanne telah terjadi secara berurutan, dalam waktu singkat.
Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah badai di Karibia, pulau Grenada benar-benar hancur: 37 orang meninggal dan sekitar dua pertiga dari pulau ini 100.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal; di Haiti, lebih dari dua ribu orang meninggal dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Republik Dominika, Jamaika, Kuba, Bahama dan Florida juga telah hancur. Di Amerika Serikat, kerusakan di beberapa negara bagian Selatan termasuk Florida, Alabama, Georgia, Mississippi dan Carolina merupakan yang tertinggi dalam sejarah AS.

Pengembangan Haarp Dalam Mempengaruhi Pikiran Manusia
Dengan mengirimkan EXTREMELY LOW FREQUENCY (ELF) RADIATION ke otak manusia, HAARP bisa mengontrol mood manusia. Karena pada dasarnya otak besar manusia bekerja pada 1-30 Pulse/Sec-nya. Dan dalam putaran perdetiknya, terdapat frekuensi hertz.

 
 
Delta (1-4/sec), Keadaan tidur
Theta (4-7/sec), Keadaan mengantuk atau baru bangun, dan juga ini merupakan saat otak manusia masih berusia balita.
Alpha (7-12/sec), Keadaan Normal dan belajar
Beta (tak terhitung), Keadaan Marah atau sedang dalam emosi yang tinggi


Foto Tambahan Tentang Efek menggunakan Senjata ini :
 

Informai ini telah kami dapat dari  sejaal tanggal  03/22/2012 06:48 PM yang diberikan dari sebuah forum Intelegen disini
http://www.godlikeproductions.com/forum1/message1816559/pg1#

sumber: http://hyleaks.blogspot.com/2012/04/gempa-aceh-11-april-2012-adalah-gempa.html

Freeport , CIA dan Suharto Dalang Yang Menjatuhkan SOEKARNO

Banyak yang bilang bahwa mereka - mereka sudah tahu banyak tentang sejarah indonesia , tapi tahu kah anda kalau mereka tahu sejarah bukan berdasarkan reality yang ada karena mereka hanya tahu sejarah lewat buku buku sejarah yang ada.

Biar anda tahu saja , bahwa buku buku sejarah sekarang banyak yang sudah mengaalami rekontuksi buatan yang sengaja di bah alur cerita nya agar orang-orang indonesia sekarang tidak tahu sejarah negara nya. Banyak sejarah sejarah yang kelam dalam indonesia , tapi sayang semua itu sengaja di hapus oleh orang orang atas indonesia tapi itu semua juga tidak salah mereka , karena banyak kaum kaum elit atas dan pemerintahaan yang tidak tahu kita semua nya di kendalikan seperti boneka tali dan dipermainkan oleh negara negara adidaya dan zionis. maka dari itu Hyleaks hadir untuk membahas banyak hal-hal yang ditutupi dalam dunia ini. Sebenar dalam pembuatan artikel ini banyak judul judul besar yang ingin kami masukkan karena kami agen agen kami  telah mendapatkan banyak informasi gelap di dunia ini tapi saya dan rekan rekan hy leaks lain telah  setujuh untu membahas tentang Freeport , CIA dan Suharto Dalang Yang Menjatuhkan  SUKARNO.

Banyak tidak tahu hal ini apalagi kenapa sampai sekarang pemerintahan masih bimbang untuk mengakusisi freeport dan siapa si yang dibalik freeport dan apa hubungan CIA dengan freeport , apa hubungan sukarna dan CIA dan juga mengapa mereka ingin menjatuhkan suharto serta ingin membunuh nya.

info bersumber dari:
1. Diambil dari arsip negara indonesia khusus Badan Intelejen Negara "BIN" yang didapat agen hy leaks
2. Dokumen rahasia CIA dan Amerika yang dikutip dari WIKILEAKS
3. data dari realhistoryarchives.com


Lisa Pease, seorang penulis asal Amerika Serikat, membuat artikel menarik berjudul “JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur”. Artikel heboh ini dimuat dalam Majalah Probe, edisi Maret-April 1996. Kemudian, artikel ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC, Amerika Serikat.

Paling menarik, dalam artikelnya Lisa Pease menulis penjarahan Freeport atas gunung emas di Papua sudah dimulai sejak tahun 1967. Namun, kiprah Freeport sendiri di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya.

Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun selalu pula menemui kegagalan.

Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.

Pada saat itu, Gruisen bercerita bahwa dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Mountain Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.

Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia. Kandungan biji tembaga yang ada di Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah.

Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.

Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi. Karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah.

Dari udara, tanah di sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak! luar biasa. Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Ersberg Mountain atau Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal.

Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.

Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.

Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat.

Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.

Ketika itu, sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.

Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan.

Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.

Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil siap yang bertolak-belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya.

Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C Long. Ia juga salah seorang anggota dewan direksi Freeport. Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia.

Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex, sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.

Augustus C Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C Long juga aktif di Presbysterian Hospital, New York di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.

Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pimpinan Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.

Lisa mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu.

Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai “our local army friend”.

Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Allen Dulles & John Foster (agen CIA ) telah berusaha mempengarui badan intelegen indonesia dan kedutaan indonesia di luar negri untuk ikut berpartisipas dalam mengkudeta dan membunuh soekaro , tidak lupa juga mereka membayar kelompok kelompok kecil militer indonesia untuk ikut berpatisipas ( kelompok tersebut di ketua suharto ) Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan ada kelompok Jenderal Suharto yang akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.

Setelah Soeharto berkuasa, maka Freeport dengan leluasa menjarah Gunung Ersberg yang disamping terkandung tembaga juga terdapat kandungan emas dan perak, bahkan terdapat kandungan uranium

Selain melalui militer CIA mencoba trik perang psikologis untuk mendiskreditkan Sukarno, seperti passing rumor bahwa ia telah tergoda oleh seorang pramugari Soviet. Untuk itu, Sheffield Edwards, Kepala Kantor CIA Keamanan, meminta Kepala Departemen Kepolisian Los Angeles untuk membantu dengan proyek film porno CIA itu membuat untuk melawan Sukarno, seolah-olah menunjukkan Sukarno dalam bertindak.
Orang lain yang terlibat dalam upaya ini adalah Robert Maheu, dan Bing Crosby dan saudaranya. akhir nya dengan bantuan CIA suharto dapat  menundukan soekarno , walaupun gagal untuk membunuh nya.

dari sini pula sampai sekarang mengapa indonesia sulit untuk mengambil alih freeport
bahkan sampai sekarang yang membuat saya sindiri menangis yaitu kenapa indonesia yang berusaha mengadakan dan menanda tanngani perjajian.

bukan freeport yang membaut perjanjian ke indonesia ini malah sebalik nya
bararti secara tidak langsung negara adidaya tersebut memandang indonesia lebih rendah dari pada sebuah perusahaan.

Sumber:
  1. http://hyleaks.blogspot.com/2012/10/freeport-cia-dan-suharto-dalang-yang.html
  2. http://www.realhistoryarchives.com/collections/hidden/freeport-indonesia.htm   

Membaca Langkah Singapore dalam “Perang Geopolitik”

Penulis : M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)

Pernyataan Connie Rahakundini Bakrie (8/8/2012), pengamat militer dari Universitas Indonesia (UI) sekaligus Direktur Eksekutif Institute of Defense and Security Studies (IODAS) menarik disimak. Ia menilai, pergeseran kekuatan militer Amerika Serikat (AS) ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini. Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya! 

Demikian pula dokumen Global Future Institute (GFI), Jakarta pimpinan Hendrajit pun mengisyaratkan hal yang sama, bahwa akan terjadi geopolitical shift  atau pergeseran geopolitik dari Jalur Sutra (Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika Utara) menuju Laut Cina Selatan. Singkat kata, konflik bakal bergeser di Laut Cina Selatan!

 
Geopolitik Global Bergeser

Di satu sisi, Connie melihat arah “pergeseran” tersebut bermula atas pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Leon Panetta bahwa 60% kekuatan militer dan armada laut AS akan dipindah ke Asia Pasifik mulai 2012 hingga 2020, sedang geliat Paman Sam ialah perluasan (penguatan) pangkalan militer di Asia Pasifik seperti Diego Garcia, Christmas Island, Coco Island, Darwin, Guam, Subic, terus berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman, Nicobar dan lainnya.

 
Tapi di sisi lain, GFI justru melihat geopolitical shift dari beberapa fakta, antara lain:

Pertama: Isu dan tema sentral atau “pembenaran ideologis” yang ditebar oleh Barat bukan lagi masalah kemiskinan dan korupsi yang merupakan bahan utama pergerakan massa (Arab Spring) di Tunisia, Yaman, Mesir, dan lain-lain. Atau soal demokratisasi dan kejahatan kemanusiaan sebagaimana ia stigmakan pada Suriah dan Libya. Tidak pula isu nuklir guna memprovokasi dunia untuk mengucilkan Iran dan lainnya. Isue pokok konflik Laut Cina Selatan kini bertema “sengketa perbatasan”. Inilah titik kritis (achilles) yang menjadi isu pergerakan para adidaya karena mudah diletuskan jadi konflik terbuka dalam rangka merebut skema baru dominasi, atau meraih kembali hegemoni yang mulai menurun, atau bahkan tata ulang kekuasaan di tingkat global;

Kedua: Aktor-aktor pagelaran di Laut Cina Selatan tidak lagi antara Iran dan aliansi versus AS dkk, tetapi berubah antara Cina Cs melawan AS dan sekutu. Sedang yang dimaksud dengan “sekutu Uncle Sam” disini bukanlah melulu kelompok Barat, “sekutu” dimaksud justru banyak dari kalangan negara Asia yang selama ini dalam orbit Paman Sam, terutama Commonwealth, atau jajaran negara persemakmuran bekas jajahan Inggris, dll. Itulah garis besar mapping konflik di Laut Cina Selatan kelak;

Ketiga: Anjuran “tindakan seragam” oleh Leon Panetta kepada Menhan se-ASEAN boleh dimaknai provokatif. Artinya agar negara-negara yang tengah bersengketa masalah perbatasan silahkan bersatu “mengeroyok” Cina, dan AS selaku “Polisi Dunia” akan mem-back up dengan kekuatan 60% armada laut. Jangan khawatir, sistem pertahanan rudal pun tengah dipersiapkan. Itulah bacaan tersirat anjuran “tindakan seragam” terhadap ASEAN dalam menyelesaikan soal sengketa batas di Laut Cina Selatan;

Keempat: Bagi AS dan sekutu, perpindahan lokasi konflik dari Jalur Sutra ke Laut Cina Selatan seperti mengulang modus kolonialisme “Utang Dibayar Bom” sewaktu AS dan NATO mengeroyok Libya berbekal Resolusi PBB No 1973 tentang Zona Larangan Terbang. Artinya utang AS kepada Cina sebesar US$ 1,107 triliun kelak bakal bernasib sama seperti utang Barat kepada Libya. Entah siapa pemenang dalam pertempuran nanti, niscaya tidak akan terbayar atau dikemplang.

 
Sabang dan Terusan Kra: Geopolitical Leverage!


Manakala Indonesia menggabungkan beberapa pulau seperti Jawa-Madura (Suromadu), atau sebagaimana rencana menyambungkan Jawa-Sumatera (Jembatan Selat Sunda/JSS), atau Sumatera-Malaysia (Jembatan Selat Malaka/JSM) dan lainnya. Tampaknya rencana Thailand jauh lebih prestisius dibanding Indonesia oleh karena hendak menyatukan dua jalur perairan internasional yaitu Lautan Hindia dan Laut Cina Selatan melalui sebuah kanal (terusan) yang membelah daratan. Luar biasa. Kemungkinan hasrat Thailand terinspirasi oleh Terusan Suez di Mesir yang memangkas serta menyatukan Laut Merah dengan Laut Mediterania.

Dan agaknya ia tak main-main, anggaran 21,2 milyar US Dollar disiapkan guna pengerukan kanal. Inilah rencana proyek Terusan Thai. Atau sering orang menyebut sebagai Terusan Kra, atau Terusan Tanah Genting Kra yang dilewatkan via kanal pada (leher) teritorial tersempit di Semenanjung Malaka, Thailand Selatan.

Wacana ini sebenarnya begulir sejak tahun 1677-an zaman Raja Thai Narai. Sebuah ide gila membangun jalan air antara Songkhla dengan Marid (sekarang Myanmar). Terusan Kra sudah lama diharap menjadi “Terusan Suez”-nya Asia yang menghubungkan jalur perairan antara Barat dan Timur, namun teknologi tempo doeloe belum mumpuni untuk proyek semacam itu.

Terusan Kra atau “Terusan Suez”-nya Thailand dinilai mampu memangkas jarak sekitar 612 mil antara Laut Cina Selatan dengan Lautan Hindia dimana rute sebelumnya melalui Selat Malaka. Dapat dibayangkan ekonomi Singapore nanti bila kanal ini beroperasi karena selama ini, terutama “kehidupan”-nya bergantung kepada selat tersebut. Roda ekonomi Singapore niscaya menurun bahkan cenderung bangkrut sebab 50% pelayaran internasional dari 50-an ribu kapal per tahun, sedikit demi sedikit diperkirakan beralih dari Selat Malaka ke Terusan Kra karena jalur lebih pendek.

Secara politis, Singapore dkk pasti menolak keras proyek tadi.  Sinyalir pun bergulir, selain melalui berbagai cara ia akan berusaha menghalangi dengan power ekonomi, atau upaya-upaya lain, juga tak boleh diabaikan ialah pergolakan (politik) rakyat hingga kini yang ingin memisahkan diri di Thailand Selatan diduga tak lepas dari “peran dan campur tangan” Negeri Paman Lee agar proyek tadi gagal dengan alasan situasi tidak kondusif.

Ya, pola kolonialisme di muka bumi mengajarkan, bahwa konflik terjadi baik sifatnya vertikal maupun horizontal seringkali “diciptakan” dalam rangka melindungi kepentingan politik yang lebih besar. Catatan terdahulu (baca: Mencermati Kesamaan Kharakter Kolonialisme antara Pola Simetris dan Asimetris di www.theglobal-review.com), munculnya konflik dalam pola asimetris (non militer)  sebenarnya cuma “tema” belaka, karena terdapat hidden agenda  yakni “skema” besar yang ingin diraih. Konflik hanya sekedar deception atau penyesatan, atau sekedar pengalihan perhatian semata. Istilah yang berkembang di forum diskusi terbatas KENARI (Kepentingan Nasional RI) pimpinan Dirgo D Purbo, pakar perminyakan, conflict is protection oil flow and blockade somebody else oil flow. Inilah salah satu trik dan metode kolonialisme. Seolah-olah kesana padahal kesini. Seakan-akan ke utara tapi selatan yang dituju!

Tatkala memotret konflik suatu wilayah ---contohnya separatisme Thailand Selatan--- melalui asumsi ‘konflik lokal merupakan bagian dari konflik global’. Artinya wilayah konflik hanya sebagai proxy war saja ---semacam medan perang--- karena hakiki yang bertempur ialah (kepentingan) para adidaya dunia. Hipotesa nakal pun menyeruak, jangan-jangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dulu justru “diotaki” oleh Singapore agar pelabuhan Sabang tidak beroperasi, padahal Bung Karno via Perpres No 22/1964 serta UU No 10/1965 telah menetapkan Sabang sebagai free port untuk kurun waktu 30 tahun berikutnya?

Asumsi kian menebal, jika Sabang menjadi pelabuhan internasional maka Singapore bakalan “sepi” pengunjung.  Manakala Orde Baru membekukan status Sabang akibat muncul GAM, maka asumsi tadi seperti berputar-putar di langit-langit Aceh dan negeri sebelahnya. Demikian juga di era Gus Dur, ketika pemerintah menerbitkan UU No 37/2000 guna memberlakukan kembali Sabang menjadi kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, tetapi dalam praktek malah kembang-kempis. Hidup segan mati tak mau. Para elit seperti diberi “paket mainan” ala DHL (demokrasi, HAM dan lingkungan), kebebasan, korupsi dan lain-lain sehingga asik berhura-hura politik sehingga proyek strategis bangsa dan negara pun terlantar.

Lagi-lagi, retorika menggelitik muncul di permukaan, kenapa konflik vertikal di Aceh dan di Thailand Selatan berpola sama yakni ingin memisahkan diri (separatisme)? Jangan-jangan kedua konflik itu sengaja dibuat? Jangan melihat apa yang terjadi tapi tengoklah mengapa ia terjadi. Tidak ada peristiwa tergelar secara kebetulan di dunia ini, bahkan daun jatuh pun bukannya ujug-ujug namun lewat sebuah ‘proses’.  Artinya jika kita cermati lebih jeli, bahwa pola-pola konflik apapun benang merahnya akan terlihat sama dan berulang, hanya kemasan, metode, waktu serta tempat yang berbeda.  

Tulisan tak ilmiah ini bukan kebenaran, apalagi bermaksud membenarkan diri. Masih sangat terbuka untuk kritik dan saran. Sekali lagi, catatan ini sebatas opini atas kajian global berbasis fakta dan data-data sekunder yang berserak di dunia maya. Silahkan ditanggapi sebagai bahan masukan, terutama bagi Kepentingan Nasional RI yang kini agak terpinggirkan terkait geopolitik.

Bacaan dan Referensi:

1) The Global Review, The Journal of International Studies Quarterly, 2, Januari 2013: Merobek Jalur Sutra Menerkam Asia Tenggara;
2) Bonnie Setiawan,Terusan Kra: Apa Artinya bagi Kawasan Ekonomi Khusus Batam-Bintan-Karimun dan Sabang? http://www.igj.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=275&Itemid=166, 20 April 2009, Global Justice Update, Tahun ke-7, Edisi 1 Maret  2009
3) http://pule-tayu-com.blogspot.com/2011/07/ngomong-soal-terusan-thailand-kra-canal.html
4) http://republik-tawon.blogspot.com/2012/02/sejarah-konflik-berdarah-di-thailand.html
5) Josephus Primus, Kekerasan di Thailand Selatan Belum Usai, Kompas.com, 30 Januari 2012 |http://internasional.kompas.com/read/2012/01/30/17514652/Kekerasan.di.Thailand.Selatan.Belum.Usai
6) 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik, Connie Rahakundini Bakrie, Politik Indonesia, http://www.politikindonesia.com/index.php?k=wawancara&i=36758-Connie:%208%20Tahun%20Lagi,%20Perang%20Beralih%20ke%20Asia%20Pasifik
7) Pointers dalam diskusi BBM terbatas di Forum KENARI (Kepentingan Nasional RI) pimpinan Dirgo D Purbo, 18 Februari 2013.

Rabu, 13 Maret 2013

Teori Konspirasi ala PKS

Penulis : Dina Y. Sulaeman

Kata ‘konspirasi’ yang dipakai PKS untuk membela diri menjadi bahan olok-olok banyak pihak. Parahnya, olok-olok itu sedemikian meluas sehingga malah berpotensi munculnya antipati terhadap berbagai analisis politik internasional yang ingin menunjukkan bahwa Zionis adalah musuh bersama umat manusia (tidak hanya muslim). Padahal, analisis politik seperti ini tidak hanya ditulis muslim, tetapi juga oleh akademisi non muslim dari Barat, bahkan termasuk oleh professor HI dari AS.
Karena itu saya ingin meluruskan apa itu sebenarnya teori konspirasi. Kapan kita bisa menertawakan orang yang ujug-ujug berlindung di balik kata konspirasi, kapan kita memang harus menggunakan teori konspirasi untuk menjelaskan sesuatu hal yang masih remang-remang?

Saya mendapatkan definisi ini dari Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit, :

Teori konspirasi menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Teori ini ada di seputaran gerak dunia global dan merambah hampir ke semua ranah kehidupan manusia. Dari urusan politik sampai makanan.

Benarkah ada yang disebut konspirasi itu? Tentu saja ada dan kita mendapatinya dalam kehidupan sehari-hari.  Misalnya, main sabun dalam pertandingan sepakbola. Dua tim di balik layar bersepakat untuk mengatur skor pertandingan demi keuntungan mereka di babak pertandingan selanjutnya. Dalam situasi ini, sulit dibuktikan secara hukum positif (mereka tidak akan mengaku/mengiyakan), tetapi indikasinya sedemikian jelas sehingga publik bisa menilai mereka main sabun (dan FIFA pun bisa memberi sanksi). Inilah yang disebut konspirasi.

Tapi, teori konspirasi ini pun tidak sama levelnya. Minimalnya ada dua jenis kelompok pengguna teori konspirasi. Pertama, mereka menggunakan teori ini dengan dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata, dan sejarah yang memang tercatat di sumber-sumber yang dianggap valid secara akademis. Kedua, mereka yang menggunakan teori konspirasi tanpa landasan argumen yang kuat dan lebih bersadar kepada mitos. Contohnya, ada kelompok yang percaya John F. Kennedy sebenarnya tidak tertembak, tetapi diselamatkan oleh makhluk angkasa luar. Atau, ketika Lady Gaga datang ke Indonesia, muncul  penentangan dengan mengatakan, “Gaga adalah agen Zionis yang ingin merusak mental generasi muda”. Ya, seni rendahan macam Gaga dkk memang merusak mental generasi muda. Dan kalau ditarik jauh ke akarnya, memang Freemasonry dan Illuminati-lah di belakang seni-seni rendahan dan mengandung pornografi seperti Gaga. Namun, ketika hal itu diungkapkan begitu saja tanpa dukungan argumen yang masuk akal, justru akan dilecehkan dan dikatai ‘menggunakan teori konspirasi.’  Ada banyak argumen yang sederhana yang cukup kuat disampaikan untuk menentang Gaga, tanpa perlu membawa Zionisme.

Contoh penggunaan teori konspirasi pada kelompok pertama adalah tulisan-tulisan sebagian analis politik internasional soal Syria. Ketika mereka sampai pada kesimpulan bahwa perang di Syria didesain oleh Zionis, mereka sebelumnya sudah memberikan bukti-buktinya, tidak ujug-ujug mengklaim demikian. Buktinya apa? Antara lain faktor motif, siapa yang paling diuntungkan jika Assad jatuh?  Mengapa AS, Inggris, dan Prancis sampai mau menggelontorkan dana besar-besaran untuk Free Syrian Army? Mengapa CIA sampai memfasilitasi pengiriman senjata dan pasukan jihad dari Libya ke Syria? Bahkan ada tokoh-tokoh Zionis, antara lain Bernard Levy, yang terbukti ikut dalam mendesain perang Syria dan Libya (dibuktikan dengan transkrip pidato, foto-foto, dll). Terakhir, bahkan Israel sudah langsung terjun ke medan perang membela para pemberontak dan bersama-sama mereka menggempur Assad.

Perkara bahwa para ‘mujahidin’ itu menolak semua bukti ini dan merasa mereka murni berjuang demi menegakkan Islam dan menumbangkan Assad yang “Syiah kafir” itu, itu pembahasan lain. Tapi yang jelas, tulisan-tulisan itu sudah menyampaikan data dan argumen yang valid berdasarkan dunia akademis (bagi orang-orang fanatik, tentu saja data itu dianggap tidak valid, mereka akan terus mendebat tulisan itu dengan mengulang-ulang argumen bahwa Assad adalah Syiah kafir yang sangat zalim.)

Nah, pengolok-olokan teori konspirasi secara gebyah uyah, menyamakan saja tanpa melihat apakah seseorang menggunakan argumen yang jelas atau sekedar main tuduh “Ini salah Zionis!” jelas memprihatinkan.  Saya cukup khawatir ketika untuk kasus PKS ini banyak yang mengolok-olok soal Zionis. Seolah-olah ketika ada yang berkata, “Dalang di balik semua ini adalah Zionis”, itu adalah omong kosong yang harus ditertawakan.

Tapi saya pun bisa memahami ketika banyak pihak sinis saat PKS menggunakan kata konspirasi dan membawa-bawa Zionis dalam urusan mereka.  Mengapa?  Karena memang terlalu disambung-sambungkan. Inilah penggunaan teori konspirasi kelompok dua, yang hanya berlandaskan mitos.

Perlu dicatat di sini, konspirasi dalam penangkapan LHI sebenarnya juga sangat kasat mata. Mengapa LHI ditangkap sementara Anas dan Andi Mallarangeng masih bebas? Dari kronologi penangkapan juga banyak kejanggalan. Mengapa AF harus ditangkap saat berduaan dengan perempuan, bukan pada saat dia setor ke LHI atau saat terima uang dari dua penguasaha daging itu? Supaya kasus ini jadi semakin seksi karena ada perempuan panggilan yang terlibat?

Kejanggalan ini menunjukkan indikasi ada ‘musyawarah tak terlihat’, tapi bisa tercium baunya. Politik di Indonesia sudah sedemikian kotor sehingga publik sudah sangat yakin bahwa (hampir) semua politisi itu korup. Hanya masalahnya, siapa yang ditangkap dan kapan ditangkapnya? Partai penguasa jelas lebih leluasa mengatur di balik layar. Itulah sebabnya LHI ditangkap duluan, sementara Anas masih bebas. Apalagi, penangkapan LHI bertepatan dengan pemberitaan Jakarta Post soal manipulasi pajak keluarga Cikeas. Berita itu menjadi tenggelam oleh hebohnya kasus LHI (apalagi ada bumbu gadis cantik itu). Di sinilah ada konspirasi.  Tetapi, konspirasinya adalah dalam “siapa yang harus ditangkap”, bukan pada esensi “siapa yang korupsi”.

Tapi pembelaan diri dengan menggunakan teori konspirasi ini tidak akan menghapus dosa politik PKS di mata publik (selain kader militan PKS tentunya). Mengapa? Karena bukti-bukti dan track record  sebagian petinggi PKS selama ini memang cukup membuat publik percaya bahwa mereka korupsi (atau setidaknya menerima gratifikasi). Misalnya saja, kehidupan mewah para politisi PKS, sudah banyak dilaporkan media massa. Kisah jam tangan Rolex Anis Matta pun sudah sedemikian melegenda. Bahkan Anis kepada media massa pernah menyatakan gaya hidup mewah pejabat publik itu urusan pribadi dan tidak perlu diintervensi.

Apalagi, kasus suap impor daging pun mencuat sejak 2011 dan saat itu pun PKS sudah disebut terlibat. Selain itu, PKS selama ini tidak melakukan aksi nyata soal perampokan sumber daya alam oleh perusahaan multinasional. Pembelaan PKS terhadap kepentingan nasional sama sekali tidak dirasakan oleh publik. Publik melihat politisi PKS hanya sibuk mengurus partai dan kesejahteraannya sendiri.

Jadi, ketika mereka berusaha membela diri dengan membawa-bawa konspirasi dan Zionis, memang pantas bila banyak orang tertawa. Lompatan logikanya terlalu jauh dan tidak berterima oleh publik. Inilah kesalahan fatal dalam penggunaan teori konspirasi. Tapi, publik pun jangan sampai lengah. Zionisme memang ada, dalam berbagai wujud, mulai dari tataran ideologis hingga perusahaan multinasional yang ingin merampok kekayaan alam di negeri ini.
 
*magister Hubungan Internasional Unpad; research associate of Global Future Institute