Minggu, 03 Maret 2013

Emile Zola Sang Juru Kisah

Resensi Buku: The Life and Times of Emile Zola

Aku lagi asyik baca biografi Emil Zola, sastrawan Perancis. The Life and Times of Emile Zola, karya FWJ Hemmings. Menarik. Bagiku yang pernah mengenyam aktivitas sebagai wartawan, sisi menarik kehidupan Zola adalah ketika dia jadi wartawan tanpa kesengajaan, jauh sebelum dia menelorkan beberapa karya novelnya yang gilang gemilang, seperti Theresa Raquim. Bahwa dirinya masuk dalam kancah jurnalisme melalui sebuah Jurnal bernama L'Evenement, sejatinya merupakan isyarat bahwa meski belum menjadi novelis dan sastrawan yang diakui publik, dia memang di dalam kekedalaman hasrat dan gairahnya, sejatinya adalah seorang Penyebar Kisah. Orang yang punya dorongan kuat untuk berkisah. Untuk berbagi cerita. Kedua, orang yang peka dan tajam ingatan untuk merekam riwayat hidup seseorang dari berbagai sisi kehidupannya. Maka, ketika dia pamit mundur dari dunia jurnalistik, kemunculannya sebagai seorang novelis dan sastrawan, hanya sarana yang berbeda dari jenis karakter dirinya yang itu itu juga, yaitu sebagai Sang Juru Kisah.

Sewaktu memulai debutnya sebagai wartawan L' Evenement, dia menulis sebuah artikel dalam rangka menyongsong sebuah pameran lukisan yang akan memunculkan sahabatnya, Edouard Manet. Artikel yang dia tulis pada April 1866. sebulan sebelum diselenggarakannya pameran pada Mei, merupakan sebuah feature yang membongkar habis-habisan profil para juri yang diyakini oleh Zola akan menghakimi karya Manet secara sewenang-wenang atas order dari kepentingan industri dan para pemilik modal. Melalui tulisan jenis feature ini, dia bongkar semua persengkongkolan juri dalam memilih para seniman yang layak tampil seperti: Corot, Daugbigny, dan Theodore Rousseau. Siapa mereka, gimana mereka memilih para seniman yang layak tampil di pameran tersebut. Dan sebagainya.

Seperti lead tulisannya yang membuka awal artikel dia menulis: "Before passing judgement on the artists admitted to exibit, it seems only right I should begin by passing judgment on the judges."
Talenta Zola dalam profiling seorang sosok, terasah semakin tajam ketika berpindah ke ranah seni sastra lewat karya karya novelnya.

Bahkan ketika dia membongkar konspirasi kasus Kapten Drayfus yang melibatkan para petinggi militer Perancis dengan mengkambinghitamkan seorang perwira militer berdarah Yahudi, itu pun berkat talenta Zola sebagai Juru Kisah dan ketekunannya dalam meriset rekam jejak dan profil seseorang.
Reputasi Émile Zola menjadi buah bibir internasional ketika ia menulis surat terbuka.
Émile Zola menulis surat berpengaruh: J'accuse (Aku Menuduh) saat Peristiwa Dreyfus, menyoroti pengadilan atas dakwaan spionase terhadap Alfred Dreyfus, seorang perwira Yahudi Perancis yang (dianggapnya)tak bersalah.

Surat (bersifat pembelaan) itu diterbitkan di surat kabar yang dimiliki Presiden Perancis saat itu, pada tanggal 13 Januari 1898.
Pada waktu itu, pengadilan Prancis tengah menyidangkan Alfred Dreyfus, seorang perwira Yahudi Prancis, dengan tuduhan terlibat spionase. 
Sidang pengadilan itu menarik perhatian banyak orang, dan dikenal sebagai Peristiwa Dreyfus. Zola meyakini Dreyfus tidak bersalah, dan ia menulis surat terbuka ke surat kabar, sebagai upaya pembelaannya.
Surat berjudul “J’accuse (Aku Menuduh)” itu segera menyedot perhatian publik, Zola memperlihatkan dalam suratnya, pendapatnya tentang rasa terluka, dalam tulisannya.

Dan sebagai resikonya Zola ditangkap dengan tuduhan menyebarkan fitnah melalui tulisannya. Kemudian Zola dijatuhi hukuman penjara, Ia dibawa ke penjara akibat tuduhan pemfitnahan atas tulisannya itu. namun alih-alih ke tahanan, namun kemudian melarikan diri ke Inggris.

Sepanjang hidupnya, Zola telah menulis karya-karya penting, di antaranya “The Miller’s Daughter”, “Contes á Ninon”, “Thérèse Raquin”, dan “Captain Burle”.  Sedang karyanya yang dianggap paling hebat adalah “Les Rougon-Macquart” yang merupakan serial dari 20 novel.

Pencapaian itu menjadikan Zola sebagai penulis paling berpengaruh di Prancis. Émile Zola meninggal dunia pada 29 September 1902. Dia meninggal akibat keracunan karbon monoksida dari cerobong asap yang ditutupi di rumahnya.
 
Penulis : Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar