Minggu, 25 Desember 2011

PANCASILA, UUD ’45, NKRI DAN BHINNEKA TUNGGAL IKA STRATEGI DAN IMPLEMENTASINYA

-->
Pendahuluan

Seminar sehari yang diselenggarakan Lembaga Kajian Kebangsaan Kabupaten Banyuwangi dengan tema “Pancasila, UUD, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Pemersatu Bangsa” ini menarik mengikuti proses perkembangan negaranya.

Upaya mengkritisi tema di atas, rasanya perlu dilakukan dialog mendalam tentang pemahaman apa itu Pancasila,UUD, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Pancasila adalah ideologi bangsa, sebagai falsafah dasar bangsa Indonesia yang harus menjadi roh setiap perilaku dan tindakan semua warga negara Indonesia. Pancasila yang merupakan falsafah dasar negara bangsa itu terdiri dari (1) KETUHANAN YANG MAHA ESA; (2) KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB; (3) PERSATUAN INDONESIA; (4) KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN; (5) KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH BANGSA INDONESIA. Dewasa ini Pancasila sebagai falsafah dasar dan/atau ideologi bangsa masih dalam proses, belum seluruhnya tercapai seperti yang diharapkan. Berbagai ideologi dan agama mencoba berinteraksi dengan Pancasila, bahkan masih ada sebagian dari warga negara yang memperjuangkan falsafah dasar dan agama yang digunakan oleh negara lain untuk mempengaruhi dan mengubah Pancasila sebagai ideologi bangsa dan/atau falsafah dasar negara Indonesia. Keseluruhannya itu menjadi tantangan bangsa dan negara yang relatif muda dalam proses menjadikan Pancasila sebagai falsafah dasar dan ideologi negara bangsa Indonesia.

UUD Negara Indonesia yang berlaku saat ini adalah UUD’45 yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan, yaitu UUD yang disepakati oleh negara bangsa Indonesia sebagai tatanan yang menjadi dasar-dasar sistem kenegaraan yang harus dipatuhi seluruh warga negara Indonesia. Namun kenyataannya masih banyak sistem negara lain yang mencoba untuk berlaku di negara ini, misalnya sistem komunis, liberal dan lain sebagainya. Hal itu berarti UUD ’45 juga harus diperjuangkan oleh negara bangsa ini dengan meminimalkan sejauh mungkin pengaruh sistem lain yang dicoba untuk dipaksakan di negara bangsa yang relatif muda ini.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah satu bentuk negara yang sudah disepakati negara bangsa ini sebagai satu-satunya wadah warga negara Indonesia yang sah menurut sistem yang ada.

Bhinneka Tunggal Ika adalah satu semboyan yang digunakan oleh negara bangsa ini untuk menyatakan adanya suatu kesadaran tentang ragam suku bangsa yang mungkin lebih dari 3000 suku bangsa yang ada di negara ini, namun mereka membentuk sebagai satu bangsa yang bernaung di negara Indonesia.

Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia, UUD’45 sebagai sistem Negara yang harus dipatuhi seluruh warga negara, sedangkan NKRI sebagai bentuk negara yang sah menurut sistem yang ada, sedangkan Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara bangsa. Status dan kedudukan keempatnya tidak dapat dipersamakan karena memiliki status dan kedudukan yang berbeda. Selain daripada itu persyaratan berdirinya suatu negara adalah (a) ada 0rang (people) yang menyatakan ingin mendirikan negara, (b) ada wadah dan bentuknya; (c) ada UUD sebagai sistem kenegaraan.

Pancasila, UUD ’45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika apabila dilaksanakan secara benar maka akan menjadi wahana yang diperlukan oleh negara bangsa Indonesia. Namun harus diakui bahwa semuanya itu masih dalam proses, berarti belum sepenuhnya tercapai apa yang tersurat maupun yang tersirat dalam tujuan negara bangsa yang “MERDEKA” dengan korban darah dan nyawa.

Pancasila, UUD ’45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa sebenarnya sudah final. Selanjutnya , yang menjadi masalah adalah setiap kepemimpinan negara ini berubah strategi dan implementasi untuk mencapai tujuan negara seperti yang disebutkan dalam UUD 45 selalu berbeda-beda dan belum mengerucut ke arah pencapain tujuan yang ditetapkan oleh negara bangsa ini. Sehingga yang perlu disepakati bersama dan didiskusikan secara mendalam adalah bagaimana strategi dan implementasinya.



Strategi dan Implementasi

Negara Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan kesepakatan kolektif yang dicetuskan oleh para pendiri republik (the founding fathers) setelah melewati sekian fase perjuangan membebaskan diri dari cengkraman imprerialisme-kolonialisme. Perjuangan panjang yang mengorbankan banyak nyawa dan harta benda membuktikan bahwa terciptanya negara Indonesia merupakan kristalisasi dari pergumulan pencarian identitas diri dalam mewujudkan suatu keinginan bersama membentuk suatu bangsa. Komitmen bangsa lahir sebagai akumulasi dan pertemuan dari perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami oleh elemen-elemen bangsa terhadap tatanan imperialisme-kolonialisme yang menindas dan menghisap. Sikap dan tindakan melakukan penolakan dan perlawanan terhadap imperialisme-kolonialisme merupakan suatu wujud kesadaran bahwa sistem yang eksploitatif dalam imperialisme-kolonialisme selamanya tidak memberikan tempat bagi terjaminnya persamaan derajat dan kedudukan antar sesama manusia. Perjuangan secara simultan inilah yang akhirnya mampu melahirkan negara Indonesia yang secara eksplisit menegaskan suatu tekad menghapuskan penjajahan di atas dunia. Adapun cita-cita idealistik yang hendak diraih adalah mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang berkeadilan sosial.

Berdirinya negara Indonesia merupakan perjanjian luhur yang menghimpun segenap potensi elemen bangsa yang meleburkan diri demi kepentingan nasional dalam menyongsong hari depan yang lebih baik. Momentum ini merupakan tonggak sejarah dimulainya kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah bangsa yang di dalamnya menghimpun segenap pluralitas telah didirikan. Sebuah negara yang mempertemukan batas laut dan darat dalam suatu negara kepulauan telah dibangun. Betapa beragamnya elemen yang terhimpun dalam tali ikatan kesatuan bangsa kita dan betapa luasnya wilayah yang menjadi batas-batas teritorial negara kita. Kemampuan dalam mengitegrasikan dalam satu kesatuan merupakan “karya agung” yang patut dicatat dalam sejarah. Sehingga, tidak berlebihan jika kita merupakan bangsa dan negara yang besar dalam tata pergaulan internasional.

Kemerdekaan sebagai titik pijak dimulainya dinamika kebangsaan dan kenegaraan merupakan awal dari tekad dan kesanggupan melaksanakan misi menggapai cita-cita bangsa. Inilah beban historis bagi kita semua sebagai generasi penerus dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan. Suatu tugas yang amat berat dan penuh tantangan karena penyelenggaraan negara merupakan manifestasi dan implementasi dari segala cita-cita bangsa yang hendak dicapai.

Apakah dengan kebesaran bangsa dan negara ini kita akan terpaku dengan romantisme masa lampau, sementara sekarang kita dihadapkan pada cobaan yang sungguh amat berat? Sejarah pada dasarnya merupakan refleksi dari masa lampau yang memberi keteladanan dan kearifan dalam bertindak di masa kini dan menapak di masa depan. Tanpa memiliki pegangan dan panduan dari yang terjadi di masa lampau, kita akan kehilangan arah dalam mengatur langkah ke depan. Inilah nilai penting yang terkandung pada perlunya ditumbuhkan kesadaran sejarah. Pada hakekatnya, kesadaran sejarah menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan bangsa.

Momentum kebangkitan nasional dan pencapaian kemerdekaan serta perjalanan bangsa kita lebih dari setengah abad ini telah memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Suatu keharusan sejarah jika negara kita mengalami pasang surut, timbul tenggelam, bangun jatuh, kejayaan kemerosotan. Di sinilah kita memahami dinamika keberlangsungan suatu bangsa.

Penyelenggaraan negara menyangkut komitmen moral menjaga keutuhan bangsa. Kita semua tentu tidak menginginkan bangsa ini menjadi tercabik-cabik dan tercerai-berai. Sejarah telah memberikan pelajaran berharga bahwa nasib dan kelangsungan hidup suatu bangsa ditentukan oleh semangat bangsa itu sendiri. Manakala semangat bangsa tersebut telah pudar atau bahkan telah lenyap maka riwayat bangsa tersebut akan punah dengan sendirinya meskipun tanpa dihadapkan pada ancaman dari luar. Inilah yang seharusnya disadari bahwa tanpa upaya mempertahankan semangat kebangsaan, maka nasib bangsa akan menuju ke jurang kehancuran,. Jika hal tersebut terjadi, maka ini merupakan episode yang tragis dan mengenaskan dalam perjalanan hidup bangsa kita.

Sekarang ini dihadapkan pada berbagai masalah yang menimpa bangsa kita. Pendengaran kita tiba-tiba menjadi sedemikian “akrab” dengan keluhan, jeritan, dan bahkan umpatan suara rakyat yang kesulitan hidup karena setiap hari, bahkan setiap jam, terpaksa harus “menyesuaikan” kebutuhan hidupnya. Nurani kita mungkin juga merasakan bahwa sebagai bangsa kita telah kehilangan kepribadian dan jati diri. Betapa banyak peristiwa mengharukan yang terjadi disekitar kita. Inilah potret buram bangsa kita yang mengharuskan kita prihatin dan peduli mencari solusi untuk mengatasinya secara bijaksana.

Dalam kondisi seperti ini, kesadaran pada visi dan orientasi kebangsaan menjadi salah satu faktor yang dapat menggalang kebersamaan. Kebersamaan dalam satu semangat kebangsaan menuju pencapaian cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang diformulasikan oleh generasi pendahulu kita.

Mengelola kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam era transisi ternyata tidak semudah sebagaimana kita membalik tangan. “Cetak biru” demokratisasi menjadi kata kunci yang telah disepakati untuk Indonesia. Demokratisasi adalah sebuah kehendak bagaimana demokrasi menjadi keniscayaan dan dianggap sebagai pilihan terbaik untuk mendefinisikan ulang “potret” kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan kita. Era transisi menuju demokrasi dalam berbagai kasus seringkali juga dipahami sebagai era crucial yang akan menentukan nasib sebuah bangsa ke depan. Kita bisa belajar dari pengalaman negara lain yang gagal atau tidak dapat menuntaskan proses demokratisasinya justru di tengah-tengah arus perubahan dan pembaruan.

Penyelenggaraan negara dalam era transisi menyangkut komitmen moral menjaga keutuhan bangsa. Komitmen bangsa lahir sebagai akumulasi dan pertemuan dari perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami oleh komponen-komponen cikal bakal bangsa terhadap tatanan dan konstruksi imperialisme-kolonialisme yang menghisap dan menindas. Berdirinya negara Indonesia merupakan perjanjian luhur yang menghimpun segenap komponen cikal bakal bangsa yang meleburkan diri demi kepentingan nasional dalam menyongsong hari depan yang lebih baik. Menjadi sangat kontra-produktif jika di era sekarang ini yang dinyatakan sebagai era pembaruan tatanan kenegaraan menciptakan “bias” bagi situasi yang justru mengingkari komitmen dasar ketika negara ini didirikan.

Berbagai perubahan mulai dari kesepakatan (komitmen) bangsa ini untuk bersatu, mendirikan negara, kemudian menyelenggarakan bersama roda pemerintahan, sampai saat ini telah berproses dari semangat kebersamaan (sumpah pemuda), diikuti semangat kesetaraan (equity), kemudian saat ini sampai pada proses semangat kesejahteraan (prosperity) , jangan sampai menimbulkan tercabik-cabiknya negara ini melainkan mempertebal semangat kesatuan dan persatuan bangsa. Konflik sosial yang ada bukan menjadi konflik yang permanen, melainkan kemampuan mengelola masyarakat dari perbedaan-perebedaan yang ada. Semangat ini yang harus dimiliki dan ditumbuhkembangkan dengan benar untuk mengisi kemerdekaan.

Demokrasi seharusnya tidak “mengorbankan” jati diri dan martabat kita sebagai bangsa. Pencanangan, komitmen dan pelaksanaan demokrasi justru sudah harus menciptakan konstruksi kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang semakin dewasa dan bertanggung jawab. Dengan demikian, tatanan “Indonesia Baru” sebagaimana yang ditekadkan seharusnya diletakkan dalam kerangka strategis yang tidak bisa begitu saja dipisahkan dengan proses pendirian Indonesia. Sehingga “wajah” Indonesia Baru tidak kehilangan jati diri dan martabat semata-mata karena adanya tekad untuk melakukan perubahan dan pembaruan. Inilah salah satu tema besar kita dalam memformulasikan dan melaksanakan proses demokratisasi bagi Indonesia. Dalam kondisi seperti ini, kesadaran pada visi dan orientasi kebangsaan menjadi salah satu faktor yang dapat menggalang kebersamaan. Kebersamaan dalam satu semangat kebangsaan menuju pencapaian cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang diformulasikan dan dicita-citakan oleh generasi pendahulu kita.

Padahal Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas disebutkan:

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan membentuk Negara dan Pemerintahan Indonesia menurut Pembukaan UUD 1945 adalah :

  1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
  2. Memajukan kesejahteraan umum.
  3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
  4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  5. Untuk mencapai poin 1-4 di atas didasarkan Kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang dibangun atas dasar UUD 1945 dan falsafah Pancasila.

Dalam upaya mewujudkan keinginan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 di atas, diperlukan strategi yang berkelanjutan. Berdasarkan sejarah kebangsaan Indonesia dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa setiap pergantian pemerintahan dari satu periode ke periode lain selalu terjadi perubahan kebijakan, strategi dan implementasinya. Sejarah menunjukkan bahwa bukan hanya bangsa Indonesia sendiri yang menentukan keinginan mewujudkan cita-cita bangsa tersebut, namun ada berbagai pengaruh kekuatan baik ideologi, teknologi, maupun pengaruh kekuasaan dan kekuatan negara lain di dunia yang selalu berinteraksi baik disengaja maupun tidak dengan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang termaktub dalam UUD 1945. Pemerintahan yang berkuasa dari waktu ke waktu relatif kurang konsisten dalam strategi dan implementasi dasar-dasar negara yang sudah disepakati bersama. Akibatnya walaupun UUD 1945 tetap digunakan, faktanya masih terjadi perbedaan pandangan diantara para pimpinan negara dalam pelaksanaan dan implementasinya. Misalnya, pada jaman orde baru terjadi konflik antara pengikut-pengikut liberalisasi yang dicanangkan oleh Berrkley dengan faham sosialis yang dicanangkan pengikut-pengikut Sorbone. Adanya friksi antara pengaruh liberal Amerika, sosialis Eropa, komunis Cina dan Rusia, dan berbagai ideologi lainnya yang berkembang sering menjadi isu dewasa ini. Bahkan bisa menjadi sumber konflik sosial,ekonomi, maupun ideologi dalam masyarakat yang menjadi penganut dari internasional issues yang mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa Indonesia, baik disadari maupun tidak disadari.

Tidak ada masyarakat yang bebas dari konflik. Filsuf Jean P. Sartre yang disitir Naya mengatakan bahwa "konflik itu indah" (conflict is beautiful), selanjutnya I Nyoman Naya Sujana, DR. menyatakan bahwa konflik adalah realitas. Lebih lanjut Naya katakan bahwa konflik sosial itu realitas kosmologis, dalam arti bahwa konflik sosial tersebut dapat terjadi dalam diri kita, dalam masyarakat, bahkan dalam alam semesta. Pandangan dari sisi ilmu fisika, untuk peningkatan spektakuler diperlukan benturan antar nucleous agar supaya ada peningkatan yang melesat tinggi (spektakuler). Masalahnya adalah menjadikan benturan tadi menjadi manfaat untuk kepentingan dan kemajuan umat manusia, bukan menjadi alat penghancur alam semesta. Keindahan konflik mungkin terletak pada kemampuan manusia mengelola konflik untuk kepentingan kehidupan manusia menjadi lebih baik seperti yang dimimpikan atau dicita-citakan bersama.

Di Indonesia, di seluruh dunia konflik terjadi dimana-mana, bisa terjadi konflik antar bangsa, konflik antar kelompok etnis (ethnis group), konflik antar anggota masyarakat dengan alasan yang sangat ragam. Beberapa kasus konflik antar kelompok etnis, antar agama, antar kepentingan terjadi di daerah-daerah Sumatra (Aceh, Rantau Rasu Jambi), Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat), Maluku (antar agama), Poso (antar agama), Irian (antar etnis), Sulawesi Selatan (antar agama, antar kepentingan). Di Jawa, satu pulau yang merupakan 7 % dari negara kepulauan (archipelago) dengan penduduk 70 % dari seluruh penduduk di Indonesia lebih merupakan konflik antar kepentingan, demikian pula halnya Bali dan Lombok.

Konflik sosial terjadi karena berbagai alasan, antara lain karena kepentingan, perebutan kekusasaan, perebutan dominasi bisnis, kecemburuan sosial, arogansi, perebutan aset sampai pada kepentingan dominasi wilayah, dan berbagai alasan lainnya. Permasalahannya bagaimana agar konflik yang terjadi tidak menjadi anarkhis dan melakukan pertumpahan darah yang mengakibatkan keretakan dan ketidakharmonisan dalam membangun integrasi sosial budaya (cross culture) antar suku bangsa dan tidak berubah menjadi permanent conflict. Walaupun kenyataannya pertumpahan darah masih selalu mewarnai konflik sosial antar kelompok etnis dan antar agama serta antar kepentingan. Apabila bisa dijembatani (bridging) dengan rasa ingin bersatunya satu bangsa dan satu wilayah yang besar, serta tidak ada konflik permanen seharusnya tidak mengancam integrasi suatu bangsa.

Pada zaman kemerdekaan tahun 1945 bersatunya bangsa Indonesia dan berdirinya negara Indonesia karena adanya keinginan seluruh bangsa Indonesia dalam satu wilayah kesatuan Indonesia (sebagai negara archipelago) untuk "merdeka" dalam kerukunan nasional mendirikan "Negara Indonesia" yang berdaulat. Komitmen (kesepakatan) nasional ini merupakan modal dasar yang sangat besar, semua konflik sosial seharusnya tidak sampai mengancam disintegrasi bangsa. Semua konflik sosial diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat sesuai dengan etika moral dan azas kerukunan nasional, diselesaikan dengan penuh tenggang rasa dan damai. Adanya sekelompok masyarakat yang ingin memaksakan kehendak dan melupakan azas kerukunan nasional dan damai ini yang mengakibatkan pertumpahan darah. Kepentingan nasional menjadi utama, bukan kepentingan kelompok atau kepentingan individu. Ide, gagasan dan pemikiran kritis menjadi pusat pengembangan manusia (people centre). Perbedaan-perbedaannya perlu dicermati untuk menghasilkan satu pemikiran yang lebih sempurna, perbedaan-perbedaan itu bukan mencadi sumber konflik melainkan menjadi sumber kekayaan suatu bangsa.

Pengelolaan konflik sosial (conflict management) yang didasarkan pada pengetahuan atau jejaring ilmu pengetahuan (knowledge net working) perlu dikembangkan untuk dapat mendasari integrasi suatu bangsa. Apakah mempertemukan antar kepentingan (interest group), apakah mempertemukan antar kultur (cross culture), apakah mengelola/ mempertemukan antar kekuasaan, apakah mengelola antar kekuatan dalam satu kehidupan bangsa yang demokratis dan damai, dan masih banyak friksi-friksi yang lain memerlukan jejaring ilmu pengetahuan dan aturan-aturan dasar yang menjadi sistem dan dipatuhi bersama seluruh bangsa, sudah barang tentu dengan disiplin adanya reward dan punishment yang disepakati bersama. "Mimpi ini perlu direalisir sehingga konflik itu menjadi indah."



PENUTUP

Pancasila, UUD ’45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sudah final sebagai pemersatu bangsa. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana strategi dan implementasi untuk mencapai tujuan, dimana setiap pergantian kepemimpinan di negara ini tidak boleh menyimpang dari Pancasila dan UUD ’45. Setiap pergantian kepemimpinan bangsa harus mempelajari sejarah yang pernah ada untuk diambil hikmah positifnya. Sehingga kesadaran sejarah menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan bangsa.

Demokrasi seharusnya tidak “mengorbankan” jati diri dan martabat kita sebagai bangsa. Selain itu, konflik adalah realitas. Bhinneka Tunggal Ika menyiratkan bahwa negara kita memiliki suku bangsa yang berbeda-beda, sehingga konflik pasti akan terjadi, sehingga yang diperlukan adalah bagaimana pengelolaan konflik sosial (conflict management) yang didasarkan pada pengetahuan atau jejaring ilmu pengetahuan (knowledge net working) perlu dikembangkan untuk dapat mendasari integrasi suatu bangsa. Sehingga tidak ada konflik permanen yang akan mengancam integrasi suatu bangsa.



(Disampaikan dalam seminar sehari LEMBAGA KAJIAN KEBANGSAAN (LKK) BANYUWANGI oleh Prof.Dr.H Kabul Santoso.MS)





DAFTAR PUSTAKA

Alfian dkk, 1980, Kemiskinan Struktural, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta.

Ascher, William and Robert Healy, 1990, Natural Resource Policy Making in Developing Countries, Duke University, Durham, London.

Astrid S Susanto, 1984, Sosiologi Pembangunan, Bina Cipta, Bandung.

Atal, Yogash and Ralph Pieris, 1980, diterjemahkan oleh Hasan Basri, Kritik Asia Terhadap Pembangunan, Yayasan Ilmi-Ilmu Sosial, Jakarta.

Cane, Sheila, 1998, Kaizen Strategies for Winning Through People, Interaksara, Batam.

Collier, William L, Wiradi, Gunawan, Soentoro, Makali dan Kabul Santoso, 1988, Employment Trends In Lowland Javanese Villages, USAID.

Chamber, Robert, 1987, Penerjemah Pepe Sudrajat, Pembangunan Masyarakat Desa, LP3ES, Jakarta.

Colleta, Nat J dan Umar Kayam, 1987, Kebudayaan dan Pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Conyers, Diana, 1982, An Introduction to Social Planning in The Third Word, John Wiley & Sons, New York.

Dasmann, Raymond F, etal, 1977, Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi, Gramedia, Jakarta.

Departemen Sosial RI Kerja sama dengan Jurusan Ilmu Sosiatri FISIPOL UGM, Masalah Sosial Kemiskinan di daerah Pedesaan Indonesia, Laporan Penelitian 1992.

Dixon, Chris, 1990 Rural Development in The Third World, Routledge, London, Sydney, Toronto.

Elitzen, Stanley D, 1986, Social Problems, Allyn and Bacon Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.

Elliot, Mabel A and Francis Merril, 1961, Social Disorganization, Harper Brother Publisher, New York.

Emil Salim, 1991, Pembangunan Berkelanjutan, Strategi Alternatif dalam Pembangunan Dekade Sembilan Puluhan, PRISMA No. 1 tahun XX.

……………., 1986, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.

Garbarino, James, 1992, Toward A Sustainable Society, The Noble Press, Inc, Chicago.

Goode, Erich, 1992, Collective Behavior, A Harcourt Brace Javanovich College Publisher, Fort Worth, Philadelpia, San Diego, New York.

Goulet, Denis, 1973, The Cruel Choise, A New Concept in The Theory of Development, Center for The Study of Development and Social Change, Cambride, Messachusettes, New York.

Gibert, Neil and Herry Specht, 1977, Planning For Social Welfare, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffts, New York.

Hardiman, Margaret and James Midgley, 1982, The Social Dimensions of Development, John Willey & Sons Ltd, New York.

Honabde, George and Jerry Van Sant, 1985, Implementation for Sustainability, Kumarian Press, Connecticut.

Johnson, Bruce F and Willian Clark, Redesign Rural Development, A Strategic Perspective, The Johns Hopkins University Press, Baltimore and London.

Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Gramedia, Jakarta.

Julian, Joseph and Willian Kornblum, 1086, Social Problems, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

Kabul Santoso, 1992, Kemiskinan : Reorientasi Strategi dan Pengendaliannya, Disampaikan Dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Administrasi Niaga/Ekonomi Pertanian, Universitas Jember.

Kabul Santoso, 1997, Metodologi Penelitian Sosial.

Kabul Santoso, Soentoro, Rudi Wibowo and William L. Collier, 1996, Pendekatan Baru Dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa, Kajian Pedesaan Selama Dua Lima Tahun, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Kabul Santoso, 1991, Evaluasi Proyek Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah di Jawa Timur, UACP

Kabul Santoso, 1984, Pergeseran Pandangan Moral dan Relevansinya Terhadap Teori- teori Ekonomi, Jember : Universitas Jember.

Kabul Santoso, Soentoro, Sri Hartoyo, WL. Collier, 1989, Studi Dinamika Pedesaan Mobilitas Modal dan Agro Industri, Departemen Pertanian Biro Perencanaan.

Kabul Santoso, Rudi Wibowo, Ida Harjanto, Agus Budihardjo, Liakip, Sigit Susanto, Soesiyohadi, Wagito, Riyanto dan Soenaryo DW, 1992, Kebijaksanaan Pertanian Untuk Menunjang Agro Industri di Indonesia, Departemen Pertanian-Universitas Jember.

Kartini Kartono, 1983, Pathologi Sosial, Rajawali, Jakarta.

Kauffman, James M, 1989, Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth, Merril Publishing Company, Colombus, London, Toronto.

Sabtu, 06 Agustus 2011

2CELLOS (Sulic & Hauser) - Smooth Criminal

                                       

apa jadinya lagu Michael Jackson SMOOTH CRIMINAL dimainkan dengan Cello ? Selamat Menyaksikan

2CELLOS (Sulic & Hauser) - Welcome To The Jungle

                                       

Luka Sulic dan Stjepan Hauser, 2CELLOS alias, bermain pengaturan unik mereka dari Welcome To The Jungle oleh Guns N 'Roses (atas)! Ini berkelas! Ini gila! Ini di luar kontrol dengan keren!
Waaaoow....!!!

Kamis, 04 Agustus 2011

Jejaring Sosial Terbaru

Jejaring Sosial Terbaru

Mungkin kita sering mendengar istilah itu dan mungkin kita sering mendengar orang menyebut MySpace, Facebook dll. Apa sih sebenarnya??
Pengertian situs jejaring sosial yakni suatu struktur sosial yang terbentuk dari simpul-simpul (individu atau organisasi) yang “diikat” atau dipersatukan oleh sebuah situs. Umumnya situs berfungsi sebagai jalinan pertemanan dalam dunia maya. Namun banyak hal lagi yang dapat kita lakukan disini (situs jejaring sosial).

Meskipun banyak sekali situs jejaring sosial yang tumbuh dan berkembang sekarang namun saya hanya akan membatasi lima saja. Lima situs tersebut dipilih dengan berdasarkan jumlah pengguna terbanyak, yang datanya diperoleh dari Wikipedia, dan kriteria lainnya seperti kepopuleran di Indonesia.

1. Facebook
Diperkirakan saat ini jumlah penggunanya mencapai 200,000,000 orang di seluruh dunia dan akan terus berkembang.

2. Friendster

Pernah menjadi salah satu situs terpopuler di Indonesia, walaupun sekarang digeser oleh Facebook. Penggunanya di seluruh dunia diperkirakan mencapai 90,000,000.

3. hi5

Situs hi5 termasuk populer di beberapa negara di Asia tapi kurang populer di negara barat seperti Amerika Serikat. Jumlah penggunanya saat ini diperkirakan mencapai 80,000,000.

4. Multiply
Walaupun di negara Amerika Serikat tidak populer namun di Indonesia khususnya situs ini banyak dikenal dan diisi untuk meningkatkan jaringan. Penggunanya diperkirakan sekitar 10,000,000.

5. MySpace

MySpace merupakan situs jejaring sosial yang memiliki jumlah pengguna terbesar di dunia. Diperkirakan saat ini jumlahnya mencapai 253,145,404.

Macam-macam situs jejaring sosial yaitu :
1. www.facebook.com
2. www.twitter.com
3. www.friendster.com
4. www.hi5.com
5. www.mypage5.com
6. www.orkut.com
7. www.yuwie.com
8. www.tagged.com
9. www.bebo.com
10.www.socint.com
11.www.kenalanyuk.com (indonesia punya)
12.www.kombes.com (indonesia punya)
13.http://birejji.com/index.php?key=21631 ( tanpa link ini anda tidak bisa registrasi )
14.www.okkot.com
15.www.plurk.com
15.www.koprol.com
16.www.myspace.com
17.Multiply.com

Bulog Untung, Petani Semakin Melarat

Jakarta GMNI News - Pernyataan Perum Bulog yang telah meraup keuntungan Rp 892,9 miliar sepanjang semester I-2011 dari hasil bisnis berasnya seperti yang disampaikan Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso di kantornya, Jakarta, Jumat malam (29/7/2011) lalu merupakan yang kurang bijak dan menunjukkan bulog tidak peka terhadap kondisi petani. demikian penilaian ketua Presidium GMNI Twedy Noviady. “Pemerintah telah keliru dan menyimpang dari cita cita mensejahterakan rakyat, Mestinya Pemerintah mau membuka mata dan melihat kondisi petani hari ini secara riil dilapangan, bukan lalu hanya menghitung hitung di atas meja lalu diakumulasikan keuntungan. Ini kan pembodohan terhadap petani dan rakyat. Bulog tak sepatutnya sibuk berbisnis dengan impor berasnya yang sudah pasti menyusahkan para petani” tegas Twedy Noviady.

Menurut Twedy, pernyataan Direktur Uama Bulog yang mengatakan menerima keuntungan dari beras impor yang memang harganya lebih murah dan keuntungan Bulog juga didapat dari uang muka pemerintah yang sudah diterima Bulog sampai dengan Mei 2011 adalah salah satu upaya menutupi kegagalan Pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan petani.

"Mestinya Pemerintah membuka mata lebar lebar, melihat kondisi petani hari ini. Jangan udah gagal mewujudkan kesejahteraan petani lalu berdalih impor beras seolah-olah menguntungkan. Itukan hanya bisnis semata, lantas apa yang bisa dinikmati petani dari kentungan tersebut?" tanya twedy.

Dan menurut Twedy, angka-angka itu hanyalah sisa lebih dari bunga bank semata. Bukan pada hitung hitungan antara produksi petani secara nasional di komparasikan dengan kegiatan impor beras yang dilakukan. Menurutnya, meskipun keuntungan tersebut nantinya akan digunakan untuk membeli beras dan gabah dari petani di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), Beras tersebut akan digunakan untuk cadangan beras nasional. “Yah persoalannya klo petani harus menebus dengan membeli kembali meski dengan harga murah, yang melarat kan petani juga” cetus Twedy.

Dikatakan twedy, seharusnya yang dilakukan Pemerintah adalah membuat program-program rill pemberdayaan petani, membuat kebijakan yang riil dan harga yang bisa dinikmati petani sehingga mendorong peningkatkan produksinya. Dengan produksi meningkat negarapun bisa melakukan ekspor dan menambah devisa negara, bukan seperti sekarang ini. “ini kok malah keliru yang dilakukan selalu mencari jalan pintas, dikit-dikit impor, yang melarat kan petani juga, mereka semua kan taunya pakai jas dan mobil dinas saja, keringat petani mana pernah mereka hitung,” tutur Twedy.

oleh : Ketua Presidium GMNI : Twedy Noviady
 http://gmninews.com/

Forkorancab Jatim Solidkan Barisan Marhaenis

Surabaya, GN --- Pelaksanaan Forum Koordinasi Antar Cabang (FOKORANCAB) GMNI se Jawa Timur yang diselenggarakan di kota Surabaya pada hari Sabtu, 22-24 Juli 2011 lalu diharapkan dapat memperkuat cita-cita perjuangan GMNI mewujudkan Sosialisme Indonesia dengan mengutamakan kesejahtaraan kaum Marhaen. Penantian panjang selama beberapa tahun, akhirnya terealisasi berkat political will dari semua tingatan struktural organisasi.

Selain menjadi wahana silaturrahmi kader, Forkorancab juga sudah melahirkan suatu kepemimpinan sebagai tindak lanjut dari kepengurusan sebelumnya yaitu KORDA (Koordinator Daerah) GMNI Jatim periode 2011-2013. Dengan demikian sinergitas kerja organisasi dalam menjalankan program dapat berjalan maksimal. Sehingga tujuan organisasi yang mengabdi kepada kepentingan kaum Marhaen dapat terwujud.

Beberapa hal penting bagi kaum Nasionalis apalagi mahasiswa/pemuda yang tergabung di GMNI adalah untuk membangkitkan kembali semangat pergerakan kaum nasionalis. Mengingat koordinasi dari sebuah pergerakan sangatlah penting dilakukan sebagai langkah untuk merapatkan barisan dalam mewujudkan cita cita bersama GMNI.

Ketua Presidium GMNI, Twedy Noviady yang hadir sekaligus membuka acara fokorancab tersebut, menjelaskan bahwa Presidium sebagai struktural tertinggi GMNI mengedepankan sinergitas dan manajemen yang baik dalam menata organisasi tanpa menghilangkan ruh perjuangan. Selain sebagai pembenahan, langkah tersebut merupakan langkah konkrit dalam upaya mewujudkan cita cita bersama membela kaum marhaen. “Kita harus kuat dan rapatkan barisan dalam mengawal kepentingan kaum marhaen di negeri ini,” ujar Twedy

Dikatakan Twedy, ketua yang baru memimpin GMNI beberapa bulan ini, pembenahan GMNI mustilah dilakukan secara terus menerus agar lebih solid. Twedy juga menjelaskan beberapa langkah-langkah yang dilakukan yakni pengadaan sekretariat permanen dan penertiban manajemen serta administrasi organisasi. contohnya, dengan mengirim surat tentang batas waktu penyelenggaraan konfercab bagi kepengurusan yang sudah habis masa bhaktinya. Bila dalam waktu yang telah ditetapkan dewan pimpinan cabang (dpc) bersangkutan tak mampu melkukan konfercab maka status dpc tersebut akan dicaretakerkan. "Dengan komitmen dan ketegasan dalam menata organisasi diharapkan GMNI kembali menjadi organisasi yang progresif” kata Twedy

"Di samping itu, Presidium GMNi juga telah meluncurkan media pemberitaan sehingga dengan adanya Media Online GMNI secara nasional diharapkan menjadi media komunikasi antar seluruh sivitas GMNI baik cabang maupun seluruh komisariat di Indonesia" tambah Twedy

Fokorancab GMNI Jawa Timur juga disemarakkan dengan kegiatan seminar nasional yang melibatkan para delegasi dari cabang GMNI se-Jawa Timur (Blitar, Jombang, Bangkalan, Pamekasan, Banyuwangi, Jember, Malang Raya, Sidoarjo, Trenggalek, Pasuruan, Bojonegoro, Tuban, Malang, Surabaya, Lamongan, dan Tulung Agung). Sedangkan delegasi dari DPC Kediri tidak hadir karena mengalami kecelakaan dalam perjalanan.

dalam seminar tersebut, nara sumber Bambang Budiono (Kepala Pusat HAM UNAIR; Mantan Pengurus DPC GMNI Surabaya 1982-1984), menyampaikan Posisi Mahasiswa Indonesia saat ini yang menghadapi tantangan besar dalam menyikapi era Neoliberalisme yang masuk pada bidang Ekonomi, Politik, Sosial, maupun Budaya di Indonesia.

Dikatakan juga, Neoliberalisme selalu menolak pembatasan, adanya privatisasi, dan memperlakukan segala hal dengan hukum pasar sehingga mengakomodir segala sesuatunya sebagai komoditas belaka “Baik melalui Dominasi Politik, Eksploitasi Ekonomi, dan Penetrasi Kebudayaan. Kebudayaan Gotong Royong hancur oleh kepentingan individualistik dan ekonomistik. Hal ini merupakan ancaman bagi bangsa kita." Tegas Bambang.

Demikian juga Didik Prasetyono (Mantan Ketua DPC GMNI Surabaya 1997-1999; Korda GMNI jatim 1999-2001) menegaskan harus adanya pola rekruitmen dalam metode penyaringan kader. Menurutnya, revitalisasi organisasi setelah fokorancab sangatlah penting dilakukan, melihat pentingnya Peraturan Organisasi (PO) dan Pengetahuan untuk mengenal medan yang akan dikembangkan mencakup demografis dari lingkungan.

Didik juga menambahkan “Korda harus lebih progresif.” Harus ada visi yang jelas sebagai senjata pamungkas melawan neolib. Acuan pada Trisakti Bung Karno ‘Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan’

Fokorancab akhirnya menghasilkan kepemimpinan baru dengan terpilihnya Rangga Bisma Aditya, Mahasiswa Fakultas Sosiologi Universitas Airlangga Surabaya
sebagai Ketua Korda GMNI Jawa Timur. Semoga dengan ini, GMNI dapat melanjutkan perjuangan menuju Sosialisme Indonesia yang tlah di cita-citakan.
 
http://gmninews.com/

Rabu, 03 Agustus 2011

Crysis 3


Crytek bos percaya dalam 3D
Nah, rupanya Crytek Cevat Yerli bos percaya 3D yang akan menjadi sangat sukses bahwa hal itu akan segera utama - setidaknya itu yang ia mengatakan pada E3 dalam sebuah wawancara dengan majalah PC Jerman "Gamestar". Starcraft 2 adalah mendapatkan dukungan 3D dan game baru hampir semua dukungan 3D dalam beberapa cara. Yerli percaya bahwa permainan normal dan 3D akan hidup berdampingan selama beberapa tahun sampai 3D mengambil alih dan 3D akan menjadi standar baru.
Crysis spekulasi tanggal rilis 3
Karena sukses besar Crysis, sudah jelas bahwa Crysis 3 akan datang. Pertanyaannya adalah ketika! Crysis 1 dirilis kembali pada bulan November 2007 dan Crysis 2 akan kemungkinan dirilis pada November 2010, jadi sekitar 3 tahun antara dua rilis. Jika mereka akan bekerja pada sesuatu yang lain dari Crysis 3, kita bisa berharap Crysis 3 dalam 4-5 tahun. Jika mereka memperluas tim mereka atau mulai bekerja pada Crysis 3 segera setelah merilis Crysis 2 mungkin akan dirilis pada 2013.
Mengapa saya tidak percaya pada game 3D selama 3 tahun (setidaknya!)
Teknologi 3D ada selama bertahun-tahun - dan itu sih bukan James Cameron yang menciptakannya, dia hanya orang yang membuatnya populer lagi. Aku ingat menginstal beberapa driver 3D kembali pada tahun 2001, sehingga teknologi telah sekitar untuk sementara waktu. Meskipun demikian, 3D masih belum standar dan itu pasti tidak akan sampai orang-orang terbiasa untuk itu. Sering kali orang melaporkan sakit kepala setelah bermain game 3D - sampai ini akan diperbaiki Saya pribadi tidak melihat ke mana-mana kecuali 3D di bioskop.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda percaya pada 3D? Apakah Anda berpikir Crysis 3 akan dirilis pada tahun 2013 atau nanti? 

Selasa, 02 Agustus 2011

KOMISI KADERISASI DAN PROGRAM KERJA FOKORANCAB JAWATIMUR

KADERISASI
kaderisasi pada hakekatnya adalah sebuah totalitas usaha yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk membina dan mengembangkan potensi pemikiran dan mempunyai intelektualitas serta intergritas yang tinggi dan mampu menganalisa secara komprehenshif.
Sebagai organisasi kader, parameter keberhasilan GMNI dapat dimulai dari System kaderisasi yaitu berjenjang, progresif, overload, spesifik dan specialisasi. penguatan terhadap wacana-wacana revolusioner yang senantiasa tidak pernah sepi dari lompatan-lompatan pemikiran yang actual sesuai dengan perkembangan global dengan adanya  free market of ideals berlandaskan pada Marhaenisme. Sedangkan pada program kerja GMNI Jawa timur ada beberapa hal yang mutlak dilakukan untuk menjaga eksistensi organisasi penerapan kualitas dan kuatintas kader dan penerapan ideologi GMNI.
FORMAT PENGKADERAN
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kerangka system kaderisasi antara lain :
  1. Pengkaderan formal
  2. pengkaderan non formal
  3. Pengkaderan informal
Pada persoalan ini korda Jawa timur harus merumuskan bagaimana format pengkaderan yang ideal, bagaimana landasan material, faktor pendukung, dan infrastruktur yang mampu memainkan peran yang signifikan untuk pola pengkaderan yang efektif, efisien, terukur dan tepat sasaran.
TRIPOLOGI KADER
Sampai sekarang belum ada data base yang jelas tentang Tripologi kader namun secara umum ada beberapa tipe tentang Tripologi kader yaitu :
  1. Politisi
  2. ekonom
  3. excatac
  4. sosial science
  5. Gerakan extraperlementer
    Pembacaan Tripologi kader ini akan menjadi landasan untuk mengetahui sejauh mana keinginan dan potensi kader untuk bahan pertimbangan kerangka landasan tingkat kebutuhan dan aktualisasi kader untuk penguatan karakter (character building) dan kapasitas keIlmuan seorang kader (capacity building).
    REKOMENDASI
    Dalam hal Rekomendasi Korda GMNI Jawa timur perlu melakukan beberapa hal yaitu :
    1. Pemilahan status anggota dan kader secara jelas.
    2. Penertiban jenjang kaderisasi dan pelaksanaan kaderisasi yang terfokus dan terencana.
    3. Penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
    4. Pemahaman Ideology secara utuh dan bertingkat.
    5. Melaksanakan Lokakarya Daerah (LOKDA)
    PROGRAM INTERNAL
    • Konsolidasi Organisasi
    Tugas mendesak bagi korda GMNI Jawa timur adalah Melakukan konsolidasi Seluruh Cabang Jawa timur serta menggelar pertemuan kultural skala Daerah yang tujuan nya adalah untuk mempererat tali silaturahmi segenap Cabang di jawa timur.
    • Penataan Organisasi.
    Unuk memaksimalkan terwujudnya cita-cita ideology, organisasi haru ditata sedemikian rupa agar dapat ter'rencana secara sistematis. penataan Organisasi meliputi :
    1. Tertib administrasi yaitu agar tercipta sinergi kerja organisasi dan upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan pendataan masing-masing kader diseluruh cabang jawa timur dan pendataan ini juga harus diliputi pengarsipan data kader tersebut, sehingga jelas secara kuantitas berapa keseluruhan jumlah kader GMNI diseluruh cabang jawa timur.
    2. Pendataan Cabang-cabng dimaksudkan agar cabang yang definitif didata kembali tentang kearsipan cabang tersebut serta dibuatkan arsip tiap-tiap cabang yang definitif maupun karteker agar sinergi disetiap cabang di jawa timur dapat berjalan dengan baik sesuai dengan AD/ART GMNI.
    Disamping hal tersebut, Koordinator Daerah GMNI Jawa timur kedepan perlu melakukan penyeragaman teknis surat-menyurat yang meliputi kop surat dan stempel organisasi, nomor surat dll. selain itu Koordinator daerah GMNI Jawa timur harus melakukan penyeragaman perangkat organisasi berupa bendera, seragam organisasi dll.
    • Pembentukan Cabang-cabang
    Korda GMNI Jawa timur melalui berkoordinasi dengan Cabag-cabang yang lebih dekat wilayang nya, harus mengupayakan pebentukan cabang-cabang baru, sehingga upaya penyebaran ideologi dan keberadaan GMNI di disetiap kota di Jawa timur dapat merata dan menyebar luas. Selain itu keberadaan cabang baru tersebut adalah salah satu bukti bahwa tugas kader untuk menyebarkan benih-benih Marhaenisme menjadi nyata dan tentunya pembentukam cabang baru tersebut diharapkan mengikuti apa yang sudah digariskan dalam AD/ART Organisasi GMNI.
    • Mengupayakan dana organisasi
    Dana dalam sebuah organisasi menjadi hal yang sangat penting. kemandirian dibidang ekonomi dalam sebuah organisasi akan memungkinkan organisasi tersebut mandiri dalam menentukan sikap-sikap polotiknya. Untuk itu koordinator daerah GMNI Jawa timur harus meng optimalkan dan kreatif dalam pencarian dana tanpa harus melanggar prinsip-prinsip organisasi. unruk pendanaan cabang kesadaran kader harus dimaksimalkan dengan cara, memberikan iuran yang besarnya ditentukan oleh masing-masing cabang bersangkutan.
    • Buletin organisasi
    Sebagai upaya membangun komunikasi antar kader maka Korda GMNI Jawa timur diharapkan segera membentuk buletin yang nantinya akan didistribusikan ke setiap cabang di Jawa timur minimal 2 minggu sekali dimana buletin tersebut berisikan seputar isue-isue ataupun tulisan-tulisan setiap cabang yang ada di wilayah Jawa timur. Dan diharapkan kepada Korda Jawa timur untuk membuat website kordagmni jawatimur.com sebagai media informasi dan propaganda.
    PROGRAM EKSTERNAL
    • Penguatan Jaringan
    Untuk memperkuat dan mempercepat keberhasilan cita-cita Ideologi, diperlukan penguatan jaringan. jaringan yang sudah ada selama ini harus dikuatkan dan diperlukan untuk membanguin jaringan baru dimana jaringan baru yang dimaksud adalah kelompok-kelompok organisasi mahasiswa sejenis kelompok aksi maupun diskusi. GMNI diharapkan mampu membuat sayap-sayap GMNI agar upaya penetrasi ditingkatan kelompok Mahasiswa dapat dimaksimalkan untuk penguatan jaringan. Disamping jaringan ditingkatan mahasiswa GMNI diharapkan mampu membuat jaringan ditingkatan Rakyat seperti Petani, Buruh, Nelayan, Pemuda dll.
    • Merebut Lembaga Kampus
    Basis utama GMNI adalah kampus, maka dari itu dipandang perlu untuk menguasai kembali kampus-kampus sebagai basis utama GMNI. Usaha ini dapat dimulai dengan memaksimalkan perekrutan kader untuk dijadikan sebagai kader GMNI, memaksimalkan perebutan ditingkatan BEM atau PRESMA agar dalam memainkan isue ditingkat lokal dapat dimaksimalkan karena tidak dipungkiri bahwasanya Mahasiswa masih dipandang cukup signifikan dalam proses mengkritisi kebijakan pemerintah.
    • Penyikapan kebijakan Pemerintah dalam sekala Lokal, Regional dan Nasional.
    Ditengah-tengah hegemoni kapitalisme global, tidak diragukan lagi jika kebijakan dari Negaratidak menguntungkan bagi Rakyat. Sejarah order baru telah mengajarkan kita akan banyak hal, bahwa Negara (pemerintah) kita adalah sub-ordinat atau antek dari AS dan sekutunya. tidak bisa dihindari, karena hal ini adalah tugas sejarah kaum muda khususnya GMNI, untuk tetap mengkritisi setiap kebijakan dari pemerintah yang merugikan rakyat. Setiap penyikapan-penyikapan atas kebijakan pemerintah, dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran rakyat terhadap ketertindasan yang dialami mereka sehingga diharapkan kesadaran rakyat segera pulih dan akan memunculkan benih-benih perlawanan didalam rakyat. Upaya ini juga ditindak lanjuti dengan mengadakan "kursus-kursus" politik, ekonomi maupun hukum bagi tiap-tiap organisasi rakyat yang telah dibangun.
    • Membangun Opini
    Untuk mengkampanyekan wacana-wacana GMNI, diperlukan pembangunan opini ke segala lini organisasi maupun individu masyarakat. pembangunan opini ini dapat dilakukan dengan cara menggalang pertemuan-pertemuan ditingka basis ataupun mengadakan diskusi-diskusi dengan segala organisasi baik organisasi, sipil maupun militer.
    • Membangun karakter kebudayaan
    Mengadakan pertemuan kultural dengan mengedepankan agenda karakter kebudayaan masing-masing cabang GMNI Jawa timur.

    http://www.facebook.com/profile.php?id=1812270760









    Microsoft Office Labs vision 2019

    Minggu, 15 Mei 2011

    PANCASILA OH PANCASILA

    Pancasila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak akan pernah terwujud  Keadilan kepada seluruh Rakyat, kalau keadilan sosial itu tidak berdasarkan pada watak Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Keadilan yang dipimpin oleh seorang Pemimpin dengan watak kerakyatan yang bijaksana yang menjujung tinggi permusyawaratan  perwakilan akan mewujudkan Pemimpin yang mempunyai Etika dan Estetika yang bijaksana. Menjadi bermimpi kalau saja pemimpin Negri ini mempunyai watak adil bagi seluruh rakyat nya tanpa harus memandang sebelah mata status sosial nya. "Alangkah Lucunya Negri Ini" dengan segala kebijakan pemerintah yang tak pernah adil bagi seluruh Rakyat Indonesia.. apakah pemimpin negri ini sudah lupa dengan Pancasila ?
     Watak kerakyatan ternyata tidak cukup menjawab tantangan para pemimpin negri ini dalam menghadapi tantangan zaman karena pemimpin negri ini harusnya mampu   mewujudkan Persatuan Indonesia, Persatuan yang berdasarkan pada Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
    Telintas jelas kualitas pemimpin negri ini seakan tidak mempunyai etika dan estetika yang harusnya dihormati dan dihargai oleh Rakyatnya dan sebaliknya, Rakyat menjadi acuh tak acuh terhadap  pemimpin dengan kualitas etika yang menurun dan pemimpin yang mempunyai kualitas estetika yang merosot. Pancasila yang sejak dikumandangkan mulai kehilangan Roh nya dan tersingkirkan oleh paham "Liberalisme". Pancasila yang harusnya menjadi Filterisasi semua bentuk kebijakan seakan dilupakan dan hanya menjadi Simbol saja. Pancasila Oh Pancasila sampai ahir hayatku akan tetap ku kumandangkan seperti pada saat engkau berkumandang untuk Rakyamu Indonesia.